Wednesday, 4 March 2020

3 Goals : Tentang Rasa Dari Negeri Seberang

Tinggal beberapa bulan lagi Tiara akan menghadapi hari besar dalam hidupnya saat ini. Segala usaha dan upaya yang dilakukan ternyata tidak sia-sia dengan doa yang menyertai tiap langkah dan perjuangan Tiara, walaupun ada rasa lelah, tidak percaya diri, ingin menyerah dan hancur tapi Alhamdulillah semua terlewatkan dengan sebuah pengumuman di laman website kampus yang tertera nama Tiara Nurul Faizah sebagai wisudawati yang oleh rapat senat dinyatakan lulus dalam program postgraduate di tahun 2013 ini. Ya, Tiara dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Master of Economics (M.Ec) di sebuah kampus ternama di Kuala Lumpur, University of Malaya.

Disela-sela akhir pekan, Tiara menghabiskan waktunya bersantai di asrama temannya, seorang diri. Sang pemilik kamar sedang keluar menikmati akhir pekan bersama pasangannya. Ditemani secangkir kopi, Tiara menikmati sore hari dengan berlayar di sosial media facebook. Dia menghabiskan waktu cukup lama disana, mengamati akun facebook seseorang yang sejak 6 bulan lalu telah menarik perhatiannya. Karena si pemilik akun ini, Tiara berubah menjadi stalker sejati hanya untuk mendapatkan informasi lebih detail seseorang di seberang sana. Seorang lelaki yang berprofesi sebagai Dokter ini telah mampu membuat Tiara merelakan waktunya hanya untuk meng-update­ apa yang sedang dilakukan lelaki tersebut setiap harinya. Diketahui bahwa lelaki ini lumayan sering online, hanya saja 2 tahun belakangan sudah jarang memposting sesuatu di beranda facebook-nya. Dari hasil spionase, Tiara banyak mendapatkan informasi mengenai si Dokter yang memiliki fisik tinggi, putih, berisi dan memiliki wajah yang agak oriental (Oppaaaa….. :D eh salah). Sang Dokter merupakan lulusan dari Universitas terbaik yang ada di Indonesia dan sedang menjalankan profesinya disalah satu Rumah Sakit besar terbaik yang ada di Jakarta (Oohh… Tuhan, Pintar pastinya nih :D). Selain itu, dari hasil menjadi James Bond KW, Tiara mendapat informasi lebih dalam bahwa ternyata Dia merupakan anak ke-empat dari enam bersaudara dan itu sama dengan Tiara yang juga merupakan anak ke-empat tapi dari 5 bersaudara. Si Dokter ini juga memiliki tanggal lahir yang hampir sama dengan tanggal lahir Tiara yaitu 07 Desember sedangkan Tiara lahir pada 17 Desember (Dasar nyama-nyamain aja lo Ra :P).

“Oohh.. my gosh, dia online” pekik Tiara kegirangan. Ok, ini hal konyol yang Tiara lakukan beberapa bulan belakangan ini. Hanya dengan melihat si Dokter tersebut online, sudah mampu membuat Tiara girang bukan kepalang, (please. *tepok jidat). Seperti biasa, cukup dengan melihatnya online Tiara sudah bahagia setengah mati, tanpa mampu atau berani menyapa Sang Dokter pujaan hati. “Kamu lagi dimana sekarang? Sembari online, kamu ngapain? Sudah makan? Hari ini sibuk ga? Pasien kamu rame ya?” rentetan pertanyaan yang ada dipikiran Tiara tanpa berani menyapa duluan. Ya Tuhan, ada ya manusia yang bisa sesuka itu dengan orang yang dia kenal lewat sosial media? Tapi, bukankah banyak yang awalnya berkenalan lewat sosial media lalu berjodoh dan akhirnya menikah?
Penelusuran Tiara tidak hanya sampai disitu, berdasarkan hasil menjadi Detektif yang tidak kenal waktu, Tiara menemukan beberapa informasi terkait Sang Dokter, dari kegiatan diluar profesinya si Dokter, saudara serta kerabat Sang Dokter (Parah sih lo, Ra :D). Tiara mencoba untuk melakukan pendekatan lewat sepupu si Dokter yang saat itu tengah mengenyam pendidikan S3 nya di Belanda. Sepupunya ini bernama Nayra, Melakukan pendekatan dengan Nayra ternyata tidak terlalu sulit karena Nayra orang yang amat sangat humble dan ramah banget. Sempat Nayra menanyakan tentang asal usul Tiara, dan MasyaALLAH diluar dugaan ketika Nayra mengkonfirmasi kepada ayahnya, ayahnya Nayra kenal baik dengan paman Tiara, betapa dunia itu sempit ya.
Tiara juga mengajak berbasi-basi di beberapa kali perbincangan, sampai akhirnya perbincangan mereka menjurus ke masalah percintaan. Nayra sedikit bercerita tentang kisah cintanya, Tiara mendengarkan dengan baik. Baru setelahnya Tiara terbuka bahwa dia tengah tertarik dengan seorang lelaki yang dia kenal lewat media sosial. Si Dokter itu yang mengisi hari-hari luang Tiara selama ini setelah merampungkan Tesisnya. Tiara bercerita tentang sosok Dokter ini kepada Nayra, menceritakan bagaimana dia menggunakan waktunya untuk men-stalking Sang Dokter. Nayra dibuat penasaran begitu Tiara bilang bahwa mutual friend di facebook Sang Dokter adalah Nayra, hingga Nayra mendesak untuk tau siapa lelaki tersebut, Tiara memberitahukannya, dia adalah Farras Hanif Barra. Nayra kaget begitu membaca chat dari Tiara. Bagaimana tidak, Farras adalah sepupunya. Nayra pun memberitahukan kepada Tiara bahwa Farras yang Tiara maksud adalah sepupunya. Tiara pura-pura kaget, karena sesungguhnya Tiara telah mengetahui bahwa Nayra dan Farras adalah saudara sepupu. Namun, Tiara tidak menceritakan itu kepada Nayra (hehehe...)

Dari Nayra, Tiara tau bahwa Farras merupakan sosok yang memiliki kemauan dan tekat yang kuat tapi juga humoris. Tiara semakin excited mendengar kisah Sang Dokter Farras dari Nayra. Nayra pun menawarkan untuk mengenalkan Tiara kepada Farras. “Mau ngga aku kenali ke Farras? Aku akan cerita ke Farras kalau mau kenali kamu ke dia karena yang aku tau Farras belum ada cewe nya deh” jelas Nayra. Tiara bingung, ada rasa senang tapi juga khawatir. Khawatir jika Farras menolak dan akhirnya menjaga jarak dari Tiara. Tapi mendapatkan dukungan dari Nayra, Tiara akhirnya setuju walaupun ada rasa tidak percaya diri. Ya, Tiara bukanlah perempuan yang percaya diri dan berani dengan lawan jenis. Tiara cenderung introvert jika berkaitan dengan lawan jenis lebih-lebih jika lelaki itu telah membuat dia tertarik. Tiara selalu merasa tidak pantas, secara fisik merasa tidak cantik, menganggap bahwa ada banyak perempuan cantik di luar sana yang lebih tepat. Tapi, untuk kali ini Tiara mencoba melawan rasa tidak percaya dirinya. Mencoba peruntungan jika Farras setuju untuk dikenalkan.

Dalam menanti kabar dari Nayra, Tiara menguatkan diri dengan melakukan sholat istikharah. Seminggu masih belum ada kabar, dua minggu berjalan juga sama, tiga minggu hingga genap satu bulan tidak ada kabar dari Nayra dan selama satu bulan pula Tiara terus melakukan sholat istikharah memohon kepada Allah. Sebenarnya Tiara bisa saja langsung menanyakan ke Nayra, tapi karena rasa minder-nya Tiara menahan diri padahal rasa penasarannya akan jawaban dari Farras membuat Tiara galau sepanjang penantian.
Hingga seuatu ketika, teman Tiara memberikan masukan yang membuat Tiara memberanikan diri untuk menanyakan keputusan Farras kepada Nayra. Tiara sudah mempersiapkan diri untuk mendapatkan jawaban bahwa Farras akan menolak bahkan dalam bayangan Tiara, porsi penolakan dari Farras jauh lebih besar persentasenya berbanding menerima perkenalan ini. Dan benar saja, ketika Tiara menanyakan jawaban Farras kepada Nayra ternyata Farras menolak untuk berkenalan dengan alasan yang membuat Tiara semakin kagum. Farras bilang bahwa dia belum mau berkomitmen dengan perempuan manapun karena fokus dia saat ini adalah pekerjaan dan beasiswa untuk melanjutkan ke spesialis. Jadi Farras ingin fokus dengan karir dan beasiswanya. Dia tidak ingin berkomitmen dengan perempuan dulu sebelum mampu untuk menikahinya. (MasyaALLAH banget…). Raut wajah Tiara berubah sedih tapi di sisi lain dia kagum dengan keputusan Farras, dia memang lelaki yang baik dan bertanggung jawab serta memiliki prinsip yang kuat. Namun rasa tertarik Tiara kepada Farras tidak serta merta lutur dari hati Tiara, Tiara tetap menyimpan rasa suka itu, Tiara masih setia memonitor akun sosial media Farras dari Negeri Seberang. Begitulah Tiara, perasaan yang dia miliki untuk Farras saat itu sangat tulus. Setahun setelah kejadian itu, Tiara mengetahui bahwa Farras berhasil mendapatkan beasiswa untuk meneruskan pendidikan spesialisnya. Tak henti-hentinya Tiara menganggumi sosok ini, membayangkan bisa bertemu, berkenalan, dekat hingga menikah sempat hadir di benak Tiara (Konyol emang :D). Walaupun gagal berkenalan dengan Farras, namun komunikasi Tiara dengan Paman Farras masih terjalin dengan baik walaupun tidak selalu sering bertanya kabar.

***
Tanpa terasa lima tahun telah berlalu. Tiara telah kembali ke Indonesia dan berkarir di kota besar Jakarta 5 tahun terakhir ini. Banyak kisah juga yang telah Tiara lalui, sempat berhubungan serius dengan seorang pria hingga merencanakan pernikahan namun kisah itu kandas karena sebuah pengkhianatan yang membuat Tiara kecewa berat. Pelajaran berharga Tiara dapat dalam hal percintaan dan kondisi itu membuat Tiara mengerti bahwa berharap pada manusia hanya akan membawa kecewa. Tiara sadar bahwa tempat yang paling tepat untuk dia menaruh harapan tertingginya hanyalah pada Sang Pecipta. Tiara bangkit, fokus dengan kehidupannya bersama keluarga, fokus dengan karir, memperluas silahturahimnya dan menyerahkan segala cerita hidupnya kepada Allah. “Ya Allah, tolong atur hidup hamba” batin Tiara. Life must go on.
Suatu malam, Tiara berlayar lama di instagram-nya dan tiba-tiba dia mendapatkan sebuah notifikasi akun seseorang yang memiliki pertemanan di facebook. Tiara kaget begitu dia melihat nama yang tertulis di akun IG itu “Farras Hanif Barra”. Tiara penasaran dan coba membuka akun tersebut dan benar saja akun itu milik Farras. Orang yang sampai detik ini belum hilang sepenuhnya dari hati Tiara. “Dia punya IG?” sorak hati Tiara, girang. Naluri detektif Tiara membara kembali, tanpa banyak buang waktu Tiara langsung berlayar di IG Farras yang ternyata tidak di private. Sejak malam itu, Tiara selalu menyempatkan untuk meng-update berita tentang Farras melalui akun IG milik Farras. Kehidupan men-stalking IG Farras sudah menjadi hobi Tiara setiap sebelum tidur. Memandangi gambar Farras sembari membaca sholawat dan berdoa didalam hati “Ya Allah, jika kami berjodoh berilah sebab musabab untuk kami saling bertemu, tapi bila kami tidak berjodoh maka berilah hamba ganti yang jauh lebih baik dari padanya” Akan tetapi, Tiara tidak berani untuk mem-follow IG Farras, Tiara minder dan malu.
Satu tahun berlalu dan tidak pernah satu malampun Tiara melewati untuk membuka IG Farras, hingga Tiara kaget begitu melihat Farras mem-posting photo sidang tesisnya. “Dia sudah lulus ternyata, Alhamdulillah” ucap Tiara sembari tersenyum bahagia namun senyum itu luntur ketika Tiara membaca salah satu komen di posting-an itu, ada perempuan yang sepertinya memberi kode menjodohkan Farras dengan teman mereka. “Dokter memang cocoknya sama Dokter” batin Tiara lirih. Sedihnya berbeda dengan 6 tahun lalu, kali ini lebih sedih. Sejak saat itu, Tiara tidak serajin seperti biasanya membuka IG Farras. Tapi tiap memandang photo Farras, Tiara selalu membaca sholawat dan memanjatkan doa kepasrahannya kepada Sang Pemilik Hati.

Bukan cinta yang mencari cinta
Tapi cinta yang mendatangi cinta
Bukan cinta yang menanti cinta
Tapi cinta yang meminta kepada Sang Pencipta Cinta

Beberapa bulan berlalu, Tiara melihat akun IG Farras sudah di private. Hal itu membuat Tiara tidak bisa mencari tau mengenai Sang Dokter Ganteng. Di tambah akun facebook Sang Dokter sudah sangat jarang aktif. Hingga suatu malam, Tiara memutuskan untuk mem-follow IG Farras yang sekian tahun hanya berani dia stalking tanpa berani di follow. Ternyata tidak ada gambar pernikahan disana, hanya ada satu gambar yang baru beberapa bulan di posting. Gambar Farras bersama ponakan-ponakan nya yang lucu. (Yakin itu ponakan Ra? Jangan-jangan anaknya? :P…) Yakiiinnn…. Karena ga mungkin anak Farras udah segede itu, kalau nikahnya tahun kemarin.
Farras Hanif Barra, namamu masih menghias di hati Tiara dan melihat photo-mu membuat Tiara yakin bahwa suatu saat kalian akan bertemu.
Namun Tiara menyerahkan semua keputuskan kepada Sang Pemilik Hati, bila memang berjodoh bagaimanapun sulitnya Allah akan memberikan jalanNya untuk menyatukan dua hati tersebut. Tapi, bila memang tidak berjodoh, mau semudah apapun jalannya maka dua hati tersebut tidak akan pernah menyatu.
Life is like a puzzle, we have to fit one piece at a time but Allah SWT sees the completed puzzle before we even begin.
Allah said, “Indeed, I know that which you don’t know” In Surah Al-Baqarah verse 30
Sekarang, fokuslah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri dan memantaskan diri sebagai hambaNya yang taat.



Sunday, 24 February 2019

Wish in Silence

Telah lama mengenalmu, dalam upaya berselancar di media sosial ada profile yang membuat pencarianku terhenti
Lama mengenalmu didunia maya, tidak cukup membuatku berani menyapamu secara langsung
Butuh waktu, butuh keberanian dan banyak pertimbangan
Tetapi jemariku tidak berhenti untuk mencari tahu siapa kamu, bagaimana kamu, dan seperti apa kamu
Penjelajahanku terus berjalan, mengenal sosokmu dari orang-orang terdekatmu
Sampai tiba masanya, keberanianku muncul dan mencoba menyapamu
Kau tau? Hanya Tuhan yang tau bagaimana perasaanku saat itu?
Gugupnya aku, gemetarnya aku, berulang kali membaca kalimat pertama yang ingin aku kirimkan ke kamu
Jujur saat itu hatiku dipenuhi tentangmu
Tapi ketika jawaban bijaksanamu kudapatkan dari kerabatmu
Aku sedih, patah hati sebelum dia berkembang
Tapi aku coba memahami, mungkin inilah jawaban dari istikharah yang aku jalankan selama satu bulan penantian

Disana kau menjalankan skenario yang Allah tuliskan untukmu
Disini akupun mengurai penggalan kisah hidup yang juga Allah tuliskan untukku
Walaupun kadang terlupakan karena kesibukan, tetapi selalu ada alasan untuk aku kembali melirikmu didunia maya kita.
Kau mungkin tidak tau, betapa melihat profile mu sudah cukup menentramkan ku
Aku bisa update tentangmu dari posting-an terbarumu atau balasan komenmu dengan teman nyatamu.
"Waiting is a sign of true love and patience. Anyone can say I love you, but not everyone can wait and prove it's true"

Tentangmu sempat lama terlewatkan, aku harus realistis
Dengan tegas kau memutuskan jalanmu
Dan aku pun memutuskan menjalani kisah ku yang membawaku kepada banyak kisah
Namun, sosokmu kembali menggangguku baru-baru ini
Aku memutuskan kembali menjadi secret admire bagimu
Selalu ingin tau tentangmu
Dan menyediakan waktu hanya untuk melihat kabarmu

Seperti syair yang diungkapkan Jalaluiddin Rumi
I choose to love you in silence, for in silence I find no rejection
I choose to love you in loneliness, for in loneliness no one owns you but me
I choose to adore you from distance, for distance will shield me from pain
I choose to hold you in my dreams, for in my dreams, you have no end

Kembali lagi,
Keadaanku membawaku melewatkan kisahmu (lagi)
Hal berat tengahku rasakan
Sampai akhirnya fokusku sudah beralih
Tetapi, tentangmu tidak pernah hilang

Sampai muncul seseorang yang aku hormati, memberikan sebuah tawaran
Lama aku berfikir dan memutuskan
"Apakah ini jalan dari Allah?"
Akhirnya aku putuskan, aku ikut mana yang terbaik
Aku tidak mau berandai
Seperti kata Umar bin Khattab ra.
"Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatiku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku"

Dan hatiku kuat untuk tidak berharap dan menunggu
Hatiku sepenuhnya kuberikan kepada ALLAH
DIAlah yang berhak mengatur semuanya
Aku pasrah dengan ketetapanNYA
Dan hanya memohon untuk dipilihkan yang terbaik dan dengan cara yang baik pula
Hatiku tenang kali ini
Hatiku tentram sekarang
Kamu bukan tidak lagi jadi harapanku
Hanya saja aku menyerahkan pilihan itu kepada Sang Pemilik Hati

When my prayers are answered, I am happy because it was my wish
When my prayers are not answered, I even more happy because that was ALLAH's wish
~ Ali Ibn Abi Thalib (ra)
That's my wish


#SepenggalKisahHati
#DariTiaraUntukFarras



Monday, 6 November 2017

3 Goals : Nostalgia 1

KITA YANG SUDAH TIDAK BERSAMA...

Untuk pertama kalinya aku bertemu kebahagiaan hatiku
Untuk pertama kalinya aku memiliki cinta
Untuk pertama kalinya hati ini telah ada yang memiliki
Namun bahagia itu hanya sesaat
Cinta itu pergi untuk singgah ke hati yang lain

Aku selalu minta kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan orang yang rasa cinta dan sayangnya begitu besar untukku
Tapi aku lupa meminta kepada Tuhan, dipertemukan dengan orang yang setia berdampingan selamanya dalam keadaan apapun

Apakah kau tau
Bagaimana rasanya diduakan?
Apakah kau tau
Bagaimana rasanya dikhianati?

Rasa ini ternyata tak layak untukmu...


Secara tidak sengaja Tiara menemukan tulisan yang dia muat di aplikasi tumblr-nya, tulisannya yang dia buat saat baru beberapa hari putus dari Uraydhy. Sembilan bulan bukan waktu yang sebentar untuk melakukan proses belajar menerima segala kejadian yang membahagiakan dan juga menyedihkan. Butuh perjuangan untuk menghadapi segala macam pertengkaran, amarah dan emosi yang kadang meninggi, melawannya dengan kesabaran. Kita manusia yang pastinya memiliki kekurangan, keburukan dan kesalahan. Namun dari hubungan tersebut kita sama-sama belajar. Apalagi hubungan yang telah diikat dengan sebuah pernikahan, sesuatu yang sakral dan suci. Harus memiliki komitmen yang kuat, bukan mudah menyatukan visi dan misi dua insan dengan isi kepala yang berbeda. Karena, mencintai kelebihannya itu hal yang mudah, namun dapat mencintai kekurangannya itu yang tidak mudah. Menerima kebaikannya itu hal yang gampang, namun sabar menerima keburukannya itu baru luar biasa. Saling berdampingan disaat senang itu hal yang biasa, namun berdampingan disaat kesulitan melanda itu baru luar biasa. Menjaga dikala sehat itu hal yang mudah, namun merawat dikala sakit itu yang penting. Jadi setiap hubungan jika ingin bertahan lama harus berlandaskan KEJUJURAN dan KETERBUKAAN, karena dengan kejujuran akan lahir yang namanya pengertian, kesetiaan, kepercayaan dan juga ADJUSTMENT. Tidak mungkin adjustment dilakukan pada sebuah kebohongan.

"Fuuuhhh..." Tiara menghela nafasnya, hampir dua bulan atau lebih sudah kejadian itu berlalu. Hati Tiara telah membaik, dia telah meikhlaskan semuanya, melupakan hal pahit tersebut, memaafkan semua kekhilafan Uraydhy terhadapnya. Bahkan pada saat seminggu setelah Tiara dan Uraydhy putus, Tiara diberi kabar oleh Lisa bahwa Uraydhy akan berkunjung ke rumahnya. Tiara memilih tidak memperdulikan lagi hal apapun yang berkaitan dengan Uraydhy karena bukan urusan dia lagi untuk mengetahuinya. Mau Uraydhy berhubungan dengan 10 perempuan sekalipun dia sudah tidak perduli. Setiap orang yang singgah dalam hidup kita tentunya memberikan pelajaran untuk kita. Bahkan hal seburuk apapun yang kita alami tentunya ada pelajaran atau hikmahnya yang bisa kita ambil. Bak kata Mas Tere Liye dalam novelnya yang berjudul Rindu, "Selalu ada alasan terbaik kenapa sesuatu itu terjadi, meski itu menyakitkan, membuat sesak dan menangis. kita boleh jadi tidak faham kenapa itu harus terjadi, kita mungkin tidak terima, tapi Tuhan selalu punya skenario terbaiknya. Jadi, jalanilah dengan tulus. Besok lusa, semoga kita bisa melihatnya dan tersenyum lapang".

Seperti kalimat hebat dari Mandy Hale: ”Strong women don't play victim, don't make themselves look pitiful, and don't point fingers. They stand and they deal.” Jadi, cinta boleh gagal, tapi menjadi orang yang berkualitas harus tetap jalan, agar nantinya datang cinta yang jauh berkualitas dan berkelas. *Asiiikkk... :P*
Kak Lana pernah berpesan kepada Tiara ketika Tiara terpaksa bercerita penyebab dia dan Uraydhy putus, dikarenakan Kak Lana menanyakan kabar Uraydhy kepadanya. Kak Lana kaget dan dia berkata, "Yang terpenting buat kakak kamu tidak menyesal, dan jangan pernah orang yang tidak penting mempengaruhi hidup kita. Dengan dia berbuat seperti itu, dia telah menunjukkan kualitasnya seperti apa dan kelasnya dimana. Seorang lelaki jika tidak bisa dipegang komitmennya dan inkonsisten ditambah tidak bijaksana dalam bersikap sungguh dia tidak layak untuk dijadikan seorang pemimpin. I know you Tiara and you deserve someone better than him dan kakak berdoa untuk kamu semoga Allah segerakan kamu bertemu dengan jodoh pilihan-Nya".
Mereka berpelukkan dan Tiarapun membalas ucapan Kak Lana, "Aku tidak menyesal kehilangan dia kak, yang aku sesali adalah aku telah membuang waktuku dengan orang yang salah. Aku terlalu menyakini bahwa kami akan menikah nantinya. Terima kasih doanya kak semoga segera di ijabah oleh Allah".

"Kalau Om Barli tau soal ini, kakak yakin beliau langsung cariin kamu jodoh karena dia orang yang sangat care dan koneksinya luas" tambah Kak Lana.

"Boleh kak, hahahah. Tapi Tiara malas jelasin ke Om Barli kenapa putus. Abis malu-maluin kak"

"Dah gampang, ntar kita atur hihihihi" balas Kak Lana

Kak Lana yang Tiara kenal pada sebuah training yang mana Kak Lana menjadi seorang pembicara dan Tiara sebagai facilitator. Wanita yang energik, punya wawasan yang luas, ilmu komunikasinya jangan dibilang karena beliau seorang akademisi juga. Kak Lana juga cantik dan sangat modis gaya berpakaiannya. Tiara bisa dekat dengan Kak Lana karena Kak Lana memperkenalkan Tiara ke sebuah komunitas yang sangat peduli dengan masalah pendidikan bagi anak-anak muda, dibawah pimpinan Om Barli.

--

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulanpun berganti bulan. Tiara menjalankan hari-harinya dengan bahagia, hidup dengan tenang dan beraktifitas seperti biasanya. Bahkan diluar dugaan banyak pekerjaan di kampus dimana Tiara dilibatkan didalamnya.
Sampai suatu ketika Kak Silfa berkata "kakak seperti melihat Tiara yang pertama kali kakak kenal, cewek yang ceria, bawel dan cerewet hihihi..."

"Bisa aja kakak mah..." timpal Tiara.

"Buat apa kita berlarut-larut dalam kesedihan kak, masih banyak hal penting dan berharga yang butuh tenaga dan pikiran untuk dikerjakan. Lebih-lebih Tiara masih punya orang tua yang harus Tiara bahagiakan di hari tua mereka" tambah Tiara. 

"Yup betul banget jeunk... kapan kamu berangkat?".

"InsyaALLAH dua minggu lagi, doain kak" jawab Tiara.

"Sukses deh buat kamu"

Merekapun menikmati obrolan sembari menyeruput coklat panas, tiba-tiba hape Tiara berbunyi, ada whatsapp masuk. Tiara melihat home screen dan Tiara kaget sekali ada whatsapp masuk dari orang yang sudah lama sekali tidak berkabaran dengannya. Tiara tersenyum lalu membalas whatsapp tersebut, tidak lama masuk lagi balasan dari orang diseberang sana, dia mengirim sebuah gambar. "dia masih dengan hobi lamanya ternyata" batin Tiara seraya tersenyum simpul. Dan merekapun saling membalas pesan.

Tanpa sadar pikiran Tiara terbang pada kejadian beberapa tahun lalu, saat itu sosok ini pernah menjemput Tiara ketika dia selesai memberikan les privat dengan mahasiswa S3 yang mana mahasiswa ini merupakan kepala bagian pada salah satu kementerian di Jakarta. Saat itu sosok ini menelfon dan bilang akan menjemput Tiara setelah rampung urusannya nanti. Tiara diminta untuk tidak kemana-mana dan menunggu didalam gedung saja. Sosok ini adalah Mahendra, orang yang Tiara kenal ketika masih berada di Malaysia dulu. Mahendra adalah sosok yang jago IT, jenius kalau sudah berurusan dengan komputer dan juga handphone, ramah, meyenangkan dan yang paling Tiara suka, Mahendra adalah orang yang humoris. Hape Tiara berbunyi kembali, ada telfon masuk dari Mahendra.

"Hallo...." kata suara diseberang sana.

"Iya Hallo...." jawab Tiara. 

"Aku on the way, kamu tunggu disana. Bisa kasih tau aku alamat kantornya dimana?" 

"Ok, kamu bicara sama satpamnya langsung aja ya, karena aku ga tau" Maklum, pada saat itu Tiara masih baru berada di Jakarta jadi belum benar-benar faham dengan jalanan ibukota.
Hape-pun Tiara berikan kepada Satpam yang ada disitu, dan perbincanganpun terjadi. Tidak lama hape diberikan kembali ke Tiara. "Ini Bu, suaminya mau bicara" kata Pak Satpam sembari memberikan hape tersebut kepada Tiara, "suami?" batin Tiara sembari tersenyum.

"Kamu tunggu disana ya sampe aku datang" ucap Mahendra.

"Oh ok, kamu hati-hati ya" balas Tiara

"Siap"

Tidak berapa lama Mahendra menghubungi kembali. "Aku udah sampe, kamu dimana?"

"Sebentar aku keluar bangunannya dulu" jawab Tiara sembari telfon tetap di telinga.
"Dimana? kok ga ada" balas Tiara

"Ini persis depan gate, kamu disebelah mananya?

"Aku juga di depan gate tapi ga keliatan. Tunggu dulu, kamu di gate apa?" jawab Tiara sembari berjalan mencari-cari.

"gate C, dekat sama koridor busway" jawab Mahendra

"Oh aku tau, ya udah tunggu disitu aku nyusul kesana soalnya aku di gate A" balas Tiara

"Memangnya kamu disebelah mana? kamu yang tunggu disana dan biar aku yang nyusul, jangan kemana-mana, diam aja disitu" kata Mahendra

"Udah, ini aku udah jalan. Sepertinya mau hujan, udah rintik-rintik nh" jelas Tiara sambil jalan dengan buru-buru.

"Kamu disebalah mana, biar aku yang nyusul, kamu diam aja disitu" balas Mahendra.

"Aku udah liat kamu kok hehehe..." Tiara melambaikan tangannya ke arah Mahendra. "Hai...." ucap Tiara seraya tersenyum ceria sesampai dihadapan Mahendra.

"Kamu bandel banget ya, udah dibilang tunggu disitu, jangan kemana-mana, biar aku yang nyusul masih aja keras kepala" kata Mahendra dengan wajahnya yang cemberut.

"Repot ntar, ini jalan satu arah, nanti kamu harus mutar lagi. Jadi mending aku yang nyusul biar lebih efisien" timpal Tiara sembari nyengir.

"Bahaya tau ga, ini tuh malam dan gelap, kamu perempuan trus sendirian lagi" balas Mahendra.

"Hayo jalan, lapar nh. Tiara traktir deh" goda Tiara. Mahendra hanya diam saja lalu memberikan helm kepada tiara, motor mereka pun berjalan perlahan ditengah keramaian kendaraan ibukota.
Motor mereka terparkir disebuah restoran daerah khas Sumatera. Tiara melotot dan kaget. "Kita makan disini?" tanyanya tidak percaya.

"Kamu udah lama pengen makan tekwan kan?" jawab Mahendra sembari tersenyum. Tiara mengangguk-angguk kepalanya dengan cepat sembari tersenyum senang. Mahendra emang pengetian banget. *Aacciiiieeee.... ;)*

Pernah disuatu pagi Tiara dibikin kaget saat bangun tidur. Tiara menemukan ada 35 notifikasi dari aplikasi path-nya. Tiara buka, dan ternyata semua notifikasi tersebut datang dari satu orang, yang bernama Mahendra. Mahendra ternyata men-stalking isi path-nya, dan Mahendra me-love serta memberi komentar pada setiap posting-an tersebut di mulai dari posting-an yang sudah lama, 2-3 bulan yang lalu sampai yang terbaru. Tiara lalu membalas beberapa posting-an yang di komentari oleh Mahendra.

Tiba-tiba di malam hari, Tiara menerima sebuah pesan dari Mahendra. Tiara membuka isi whatsapp yang dikirim oleh Mahendra, sebuah gambar yang berisi quote. Tiara membaca isi quote tersebut " Respect people who find time for you in their busy schedule, but love people who never look at their schedule when you need them ". Lalu muncul chat lagi "you know, it's you... ;)" kata Mahendra.

Tiara membalas "Me?... what do you mean? I'm the respect one?" balas Tiara.

"No, you are another one :P" balas Mahendra.

"I don't get you" balas Tiara.

"You are one of the person that I loved" balas Mahendra kemudian.

Tiara speechless, dan bingung ingin membalas apa.

“Hei....jeunk, jauh banget ngelamunnya” kalimat Kak Silfa menganggetkan Tiara.

“Mikirin apaan sih, senyum-senyum ga jelas gitu” tanya Kak Silfa kembali.
Tiara balas dengan tertawa.

--

Tiara melihat ke arah jam tangannya, masih ada waktu dua jam lagi sebelum boarding. Tiara mencari cafe terdekat untuk mengisi perutnya yang lapar karena belum sempat sarapan. Selama dua jam penerbangan, Tiara khawatir lambungnya bermasalah jika nanti kosong. Pagi itu tiara memilih memakan Sop Pangsit dengan sebotol mineral water.

Setelah beres makan, Tiara memutuskan untuk menunggu didalam ruang tunggu saja. Sembari mengabarkan kepada teman-temannya disana, pukul berapa dia akan tiba. Whatsapp di grup teman kuliahnya sudah rame, mereka menanti kedatangan Tiara, maklum sudah 3 tahun lamanya Tiara tidak berjumpa dengan teman-temannya ini. Dari pengaras suara terdengar suara operator yang menginformasikan kepada penumpang untuk memasuki pesawat.

Dua jam perjalanan dilalui oleh Tiara sembari mengobrol dengan penumpang disebelahnya, kebetulan penumpang tersebut seorang wanita muda dengan postur tubuh yang agak besar tapi sangat cantik. Rambutnya lurus dan panjang terurai, kulitnya putih bersih dan sangat ramah. Dia menanyakan seputar tempat-tempat wisata karena beliau belum pernah sebelumnya ke negara tersebut, Tiara menjelaskan beberapa objek wisata yang menarik dan wajib di kunjungi. Obrolan mereka melebar ke kesibukan masing-masing. Mba Angel yang ternyata etnis Tionghoa telah menikah dan memiliki dua orang anak serta beliau adalah seorang pengusaha butik, jadi sangat wajar kalau she looks very stylish but the most important thing is dia ramaaah banget orangnya.

Pesawat landing dengan mulus, keluar dari pesawat hati Tiara mengharu biru, “Ya Allah, aku bisa kembali ke negara ini setelah 3 tahun lamanya” batin Tiara. Langkah di-ayun dengan licah oleh Tiara dengan senyum yang terus mengembang, tidak lupa Tiara berpamitan dengan Mba Angel ketika mereka berpisah didepan pintu kedatangan.
Tiara melihat kanan dan kiri, mencari sosok yang telah berjanji akan menjemputnya di bandara. Dari sela keramaian pengunjung bandara, Tiara melihat sosok itu, orang yang selama keberadaannya di Malaysia selalu memberi support dan siap membantunya dalam keadaan apapun. Bahkan sampai detik ini belum pernah sekalipun sosok tersebut mengatakan “tidak” ketika dia tau Tiara sedang butuh bantuannya. Kalimat terakhirnya ketika mereka ngobrol di whatsapp: “thank you very much Tiara, I’m miles away from you but you never failed to show care and love on me. I’m really blessed to have a buddy like you!” *tears.

Orang tersebut adalah Prita, seoarang Indian girl yang memiliki wajah hampir mirip dengan Kajol, bintang bollywood ;) Dia teman kuliah, teman belajar, teman berdiskusi, teman seasrama, teman serumah dan teman sekamar. Segala hal tentang hidup Tiara, Prita mengetahui begitu juga sebaliknya. Dan selama 5 tahun lebih mereka kenal belum pernah sekalipun mereka bertengkar.

“Pritaaaa.....!!!” teriak Tiara

“Tiaraaa....!!!” balas Prita sembari berlari kecil ke arah Tiara dan mereka berpelukan cukup erat.

Prita membawa Tiara berjalan-jalan menikmati kota Kuala Lumpur yang kelihatan sedikit berbeda sekarang. Namun, sebelum mereka memutuskan untuk jalan-jalan, Prita mengajak Tiara melihat rumah flat yang pernah mereka tempati dulu setelah lulus kuliah dan memutuskan kerja di Kuala Lumpur. Semua seakan flashback, memori beberapa tahun lalu kembali terbangun. Ya Allah begitu cepat waktu berlalu. Selama didalam mobil Prita dan Tiara tidak berhenti untuk bercerita. Semua kisah semasa kuliah dan bekerja, yang lucu, haru, sedih dan membahagiakan mereka ingat kembali.
Prita mengajak Tiara untuk menginap dirumahnya karena rasa kangen yang belum tuntas sepertinya dan merekapun bercerita sepanjang malam di kamar.
Tiba-tiba Tiara menerima pesan di hape-nya dari Prof. Khadijah.

"As salam. I suggest you come over to my office at 11am tomorrow? InsyaAllah"

"Wa'alaikumsalam Prof. Thank you so much Prof for your time. I will come to your office at that time. InsyaAllah" balas Tiara

--

Tiara melangkahkan kakinya menuju tempat yang mengukirkan banyak sejarah.
Ini adalah tempat yg melahirkan banyak rasa dalam diri Tiara. Rasa tidak percaya bahwa Allah dengan takdirNya telah membawa Tiara ketempat ini dengan dipersiapkan banyak pelajaran hidup untuk Tiara. Anak daerah yg belum pernah keluar dari kurungan budaya tradisionalnya. Tempat ini mengajarkan Tiara banyak hal tentang arti hidup, tentang berjuang, tentang berusaha, tentang menghadapi, tentang tekad, tentang berkorban, tentang jati diri, tentang bersabar, tentang percaya, tentang bersyukur dan banyak tentang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh seorang founder bbg programme, Kayla: "Strength does not come from winning. Your struggles develop your strengths. When you go through hardships and decide not to surrender, that is strength"

Tiara telah menginjakkan kakinya kembali di kampus tempat dia menuntut ilmu meneruskan studinya di University of Malaya, Kuala Lumpur Malaysia. Diawal, Tiara harus beradaptasi dengan metode pengajarannya, dengan bahasa, dengan lingkungan, dengan budaya dan lain sebagainya. Tidak mudah untuk Tiara melakukan hal tersebut dan tempat ini sukses memberikan rasa pesimis pada diri Tiara. Apakah dia mampu? Apakah dia bisa? 
Tiara sempat down karena merasa dirinya tidaklah cukup mempuni untuk dapat bersaing dengan pelajar-pelajar yang luar biasa disana. Pemahaman teknologi yang luar biasa, penguasaan bahasa yang bagus dan lain sebagainya. "Aku apa?" batin Tiara kala itu.
Sampai suatu ketika, ada teman yang berkata kepada Tiara "Ra, 5.000 orang yg mendaftar di faculty ini tapi hanya 1.500 yang diterima, kurang lebih sepertiga dari yang mendaftar dan kamu salah satu diantaranya. Artinya kamu layak berada disini, kamu di perhitungkan.

Cukup lama waktu yang Tiara butuhkan untuk bisa berbaur dan mendapatkan kenyamanan berada disini, ditambah pertama kalinya jauh dari keluarga. Sampai-sampai IP Tiara pada saat semester pertama diluar harapannya karena dari 3 subjects yang Tiara ambil, 2 subjects wajib dan 1 subject pilihan hanya satu subject wajib yang lulus sedangkan duanya lagi failed. Masih terekam sangat jelas suasana disore itu tepatnya tanggal 15 April 2011. Pada saat itu hujan turun dengan derasnya dan pakaian Tiara sedikit basah karena terkena tempias air hujan. Tiara berjalan meniti anak tangga di fakultasnya dengan hati-hati dan berhenti dilantai 2, Tiara menuju ke information board. Dengan hati yang cemas dan sedikit deg-deg-an (risau) Tiara mencari namanya dalam list tersebut. Telunjuk Tiara berhenti diurutan ke-15, tertulis jelas namanya disana dan dia mengarahkan telunjuknya pada kolom yang paling akhir. Tiara kaget, mendapati nilainya sangat jauh dari apa yang dia harapkan. "Ya Allah, aku gagal, bahkan untuk subjek yang sangat mudah untuk mendapatkan A, aku malah mendapatkan nilai pas-pas-an. Betapa bodohnya aku". Tiara terduduk persis dibawah papan informasi dan matanya sudah tidak sanggup lagi menampung air mata yang sudah mulai ingin tumpah. Tiara duduk sembari memeluk kedua lututnya dengan kepala yang tertunduk. Dia tidak berhenti menangis dan membayangkan persaan orang tuanya. Tiara tidak pernah mendapatkan IP serendah itu ketika S1 dulu dan ini parah sekali. bahkan untuk subjek yang dia yakini bahwa dia akan lulus dan mampu mendapatkan nilai yang baik tapi yang terjadi justru sebaliknya. Teman sekelas Tiara menasehati dirinya untuk menemui Dosen yang mengampu subjek tersebut untuk mengetahui kenapa dia bisa mendapatkan nilai tersebut karena carry mark yang Tiara peroleh dikelas adalah 42 persen dari 50 persen. Tiara menemui Dosen yang mengampu subjek tersebut dan dari beliau Tiara mendapatkan pejelasan yang akhirnya membuat Tiara faham letak kesalahannya dimana. Tiara-pun mendapatkan nasehat serta masukan dari dosen tersebut. Beliau memang sangat keibuan dan juga sholehah.

Tiara sempat memutuskan untuk menyerah pada saat itu dan hal tersebut Tiara sampaikan kepada Abah-nya. Tiara menjelaskan bahwa dia tidak mampu untuk bersaing di kampus itu, dia tidak mau semua menjadi sia-sia dan uangpun menjadi mubadzir. Abah Tiara sepertinya faham dengan keadaan putrinya, beliau membesarkan hati Tiara dan juga memberikan semangat. Tiara masih ingat sekali pada saat itu abahnya berkata, "Abah rela jika kamu memutuskan untuk mundur dan tidak melanjutkan Master-mu. Tapi, Abah ingin memberikan kamu tantangan, Abah ikhlaskan apa yang sudah Abah habiskan demi menyekolahkan kamu di Malaysia tapi Abah minta kamu coba satu semester lagi. Jika di semester kedua nanti kamu gagal, Abah ikhlaskan semuanya dan Abah terima jika kamu memutuskan untuk berhenti".

Tiara menjawab, "Tapi Tiara tidak yakin kalau Tiara mampu Bah, apalagi belajar disana tidaklah murah dan Abah membiayai semua itu sendiri padahal Tiara bukanlah satu-satunya anak Abah dan Tiara tidak mau hanya karena Tiara semua jadi terkorbankan.
Abah Tiara membalas, "Tiara, setiap manusia yang akan menuju ke tujuan hidup, mereka pasti dihadapi pada rintangan dan juga ada pengorbanan. Seperti seorang Habibi, ada pengorbanan yang beliau lakukan ketika membuat pesawat. Islam bisa tersebar dan mendunia seperti sekarang karena pengorbanan Rosulullah dan Para sahabat. Dan apa yang Abah lakukan bukanlah sebuah pengorbanan tapi Abah anggap sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban Abah. Abah ingin anak-anak Abah memperoleh pendidikan yang sangat layak sebagai bekal kalian dimasa akan datang."

Tiara terdiam, dia melihat jauh ke mata Abah nya, ada harapan disana.  Dia masih ingat sekali ketika pertama kali datang ke Kuala Lumpur karena mendapatkan offer letter dari kampus yang ia daftarkan. Abah dan Umi nya mengantar Tiara ke Kuala Lumpur. Mereka menginap di sebuah hotel di Kota Damansara. Hotel yang sangat kecil berukuran 3x4, yang kalau pintu kamar  hotel tersebut dibuka akan langsung bertemu dengan ujung tempat tidurnya. Saking kecilnya hehehe... Abah-nya berkata bahwa selama ada di Malaysia harus berhemat dan pentingkan yang wajib terlebih dahulu, yaitu kebutuhan pendidikan Tiara di Malaysia. "Abah memang sangat perhitungan sekali, sepertinya ada kalkulator didalam perut Abah :P" *hihihihhi... Siang itu setelah menyelesaikan semua urusan di kampus, Tiara dan orang tuanya kembali ke kamar hotel, mereka beristirahat dengan tidur bertiga diatas tempat tidur queen size. Tiara menatap wajah Abah dan Uminya yang telah terlelap, wajah yang sangat lelah dan letih karena beberapa hari ini harus bolak-balik mengurus dokumen di kampus Tiara. Tiba-tiba Tiara merasa haru melihat raut wajah kedua orang tuanya, saat itu juga Tiara mencium kaki kedua orang tuanya ketika mereka masih terlelap tidur dan tidak terasa air matanya menetes. Tiara berdoa didalam hatinya, "Ya Allah, semoga semua ini tidak sia-sia, semoga aku bisa berhasil disini dan membanggakan orang tuaku." Karena jujur, bahkan setelah tiba di Kuala Lumpur-pun Tiara masih merasakan pesimis akan kemampuannya.

"Bagaimana Tiara?" suara Abah mengagetkan Tiara, sesungguhnya Tiara tidak rela mengecewakan orang tuanya, dia ingin membahagiakan orang tuanya. Tiara menyanggupi tawaran Abahnya, namun dalam hati dia bertekad untuk berusaha lebih dari biasanya karena ini demi kedua orang tuanya. Tiara sangat tau bagaimana usaha dan pengorbanan Abahnya untuk bisa membawa dia melanjutkan kuliah di Malaysia. Tau bagaimana pengorbanan orang tua tersebut, membuat Tiara mau tidak mau harus berjuang di semester akan datang. Seperti kata Dr. Bilal Philips "If Allah loves you more than the others, He will test you more than others! Stop asking 'Why Me?' Instead praise Him more and more!"

---

Tiara melihat bangunan perkuliahan yang memberikan banyak cerita, Tiara merasa di tempat inilah pola pikir Tiara terbuka, pemahaman Tiara akan sesuatu bertambah dan wawasannya pun juga berkembang. Tiara menajdi sosok yang berani menghadapi tantangan, pantang menyerah dan keras dalam berusaha. Tawaran Abahnya dulu menjadi sebuah cabut untuk Tiara, yang akhirnya membuatnya bertekad untuk membuktikan kepada orang-orang khususnya kepada orang tuanya bahwa dia mampu, dia bisa.
"Allah tidak pernah keliru menghadirkan aku disini, Allah memiliki maksud atas skenario ini." ucap Tiara sembari tersenyum dan menikmati permandangan disekitar bangunan tersebut. Tiara ingat kutipan dari perkataan Kayla di instagram, "Never give up on a dream just because the time it will take to accomplish it. The time will be pass anyway".

Pertualangan hidupnya seorang diri, perjuangan, kerja keras, tantangan dan bermacam kisah hidup semua bermula di kampus ini. Tiara, anak yang semasa SD hingga kuliah S1 tidak pernah berjauhan dari orang tua, dibesarkan di sebuah kampung dengan kehidupan keluarga yang sederhana. Dari kecil Tiara tidak dimanja, Abah–nya mengajarkan anaknya untuk bisa berusaha jika ingin mendapatkan sesuatu. Abah Tiara tipe ayah yang sangat tegas, tidak memanjakan anak-anaknya. Jika ingin membeli sepatu baru misalnya, anaknya diminta untuk menyikat kamar mandi ataupun membersihkan garasi. Bahkan sejak SD, Tiara dan juga kakaknya bekerja jualan kue di bulan puasa dan uangnya ditabung didalam kaleng bekas susu hingga dekat lebaran baru kaleng tersebut dibuka dan unag yang terkumpul dipakai untuk membeli baju lebaran. Anak kecil dimanapun pasti sangat bahagia ketika lebaran datang mereka sudah memiliki baju baru untuk lebaran. Cara abahnya tersebutlah yang telah membentuk karakter Tiara saat ini, menjadi pribadi yang mau berusaha jika ingin mendapatkan sesuatu, bersemangat dan pekerja keras.
Tiara meniti anak tangga menuju ke ruangan para Pensyarah (dosen) yang dia telah membuat janji dengan beliau ketika masih di Indonesia dulu. Dosen tersebut adalah Prof. Khadijah. Profesor yang sangat luar biasa men-support Tiara. Ketika akan memasuki semester kedua, Tiara menemui dan berkonsultasi dengan Prof. Khadijah. Tiara banyak mendapatkan masukan dan juga nasehat, bahkan sampai Tiara menyelesaikan master-nya, Prof. Khadijah selalu memberikan dukungannya kepada Tiara. Pernah suatu ketika di semester ketiga, saat Tiara kecewa dengan cara pemberian nilai oleh Dosen yang mengajar subjek Research Methodology, Prof. Khadijah lah orang yang peduli dengan hal tersebut bahkan beliau menawarkan bantuannya untuk bicara dengan dosen tersebut tapi Tiara menolak dengan lembut karena tidak ingin memperpanjang urusan.

Langkah Tiara terhenti di sebuah ruangan dimana tertulis nama Prof. Dr. Khadijah Rasyid. Tiara mengetuk pintu dan dari dalam terdengar suara.
"Come in..."
Tiara membuka pintu dan terlihat disana sosok dengan senyum ramahnya.

*Berlanjut di cerita berikutnya ya ;)







Tuesday, 13 June 2017

3 Goals : Apakah Dia Jawaban Dari Doaku?

Kali ini saya ingin menceritakan sebuah kisah seorang perempuan yang hidupnya banyak mengalami perjuangan. Tapi mungkin tidak seberapa dibanding kisah-kisah orang terdahulunya. Sebut saja namanya Tiara, seorang wanita dewasa dengan usia menginjak kepala 3. Berasal dari kota kecil di pulau Sumatra, dengan kehidupan keluarga sederhana. Tiara merupakan anak keempat dari 5 bersaudara yang mana dia miliki 2 saudara lelaki dan 2 saudara perempuan. Saat ini dia menjadi perempuan yang sukses dalam dunia pendidikan dan juga pekerjaan. Tiara merupakan lulusan Master di bidang ekonomi pada perguruan tinggi di Malaysia, mempunyai hobi menulis dan bercerita. Dia tercatat sebagai seorang pengajar disalah satu kampus swasta di Jakarta.

Banyak terpaan hidup yang telah dilewati oleh Tiara, sejak SD jualan kue keliling kampung, dia mengganggur cukup lama ketika lulus S1, di tengah meneruskan S2 mengalami masalah finansial yang cukup berat sehingga membuat dia menjadi seorang waiters di Negeri Jiran tersebut. Dengan segala perjuangan hidupnya dalam menyelesaikan pendidikan master-nya, Tiara sempat bekerja di perusahaan swasta di Malaysia sebelum memutuskan pulang ke tanah air di akhir tahun 2014.

Lima bulan pulang ke tanah air, Tiara diterima mengajar di perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta. Dengan segala keajaiban yang luar biasa dia alami pada setiap lika liku hidupnya, Tiara kembali menunjukkan bahwa dia mampu untuk bertahan hidup di kota besar Jakarta dan kembali menjadi anak rantau yang tinggal berjauhan dari orang tua nya.
Karir Tiara sebagai seorang dosen berjalan dengan baik, Tiara merasa enjoy dengan profesinya yang sekarang. Dan hidup mandiri dirumah kontrakan kecil yang tidak jauh dari kampus tempat dia mengajar.
Hidup seorang diri di kota besar Jakarta, membuat Tiara berpikir untuk mencari pendamping hidup. Apalagi pertanyaan seputar pernikahan terus bermunculan dan tawaran untuk di kenalkan dengan seorang pria pun terus berdatangan, tapi Tiara masih belum menemukan sosok pendamping yang dia inginkan. Sampai suatu ketika, dia dikenalkan oleh temannya dengan seorang perempuan yang mana perempuan ini telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Dia adalah Silfa, Tiara memanggilnya dengan sebutan Kak Silfa. Tiara bersama temannya berkunjung ke rumah Kak Silfa, atas permintaan Kak Silfa yang ingin berkenalan secara langsung dengan Tiara. Perbincangan sederhana pun terjadi, Kak Silfa menanyakan seputar karir dan pengalaman kerja Tiara. Perbincangan berlangsung hangat tanpa rasa canggung, Kak Silfa sosok yang humble dan sangat riang.

Setahun berlalu sejak kejadian perkenalan tersebut, Tiara tidak terlalu memikirkan hasil dari pertemuan tersebut karena disibukkan dengan segudang pekerjaan di kampus dan juga proses belajar mengajar yang cukup menyita waktu dan tenaga Tiara. Maklum ini merupakan pengalaman pertama Tiara menjadi seorang Dosen, sehingga hari-harinya disibukkan membuat materi untuk bahan ajar.

Sampai tiba beberapa hari memasuki bulan suci Ramadhan, Tiara meniatkan di bulan suci tersebut memohon jodoh yang terbaik dari Allah, yang Allah cintai dan Rosulullah cintai. Segala amalan Tiara lakukan, dari mengerjakan 1 day 1 juz, membaca doa ijazah jodoh setiap hari 300-1000 kali, bermunajat di waktu-waktu mustajab, dan banyak lagi amalan-amalan lainnya. Bahkan Tiara membuat template undangan yang dia simpan di handphone-nya, mencetakan satu buah undangan yang tertulis namanya dengan nama lelaki yang masih kosong dengan niat untuk didoakan ketika dia berdoa setiap selesai sholat dan selalu membaca sholawat tiap kali melihat photo pernikahan di posting di social media.

Sampai tiba di suatu malam, Tiara tengah menikmati waktu istirahat malamnya dengan online di facebook. Tiara menerima notifikasi friend request dari seorang pria. Dia lihat di layar hp-nya, Uraydhy. Melihat ada satu mutual friend, Tiara pun tanpa ragu meng-accept pria tersebut. Tidak berlangsung lama, terdengar nada ada pesan masuk di inbox.

"Assalamu'alaikum...Thanks sudah di accept. Kenalin, saya Uraydhy". Tiara membalas pesan tersebut.

"Wa'alaikumsalam... Iya sama-sama, terima kasih juga udah di add. Saya Tiara Nurul" balas Tiara.

Tidak lama masuk lagi balasan, "Domisili dimana Tiara?"

Tiara membatin, jangan-jangan ini lelaki alay yang iseng-iseng cari pasangan di social media. Tiara pun tidak berminat meladeni.

Tau-tau masuk lagi pesan, kali ini dari orang yang berbeda.

"Assalamu'alaikum Tiara, masih inget sama aku ngga? Kak Silfa, aku minta no telpnya Tiara donk. Btw, Tiara sudah ada cowo belum? Aku mau kenali sama sepupu aku"

Tiara pun membalas "Wa'alaikumsalam, MasyaALLAH Kak Silfa, masih ingatlah. Siapa sepupu Kak Silfa itu namanya?"

Terjadilah oborlan singkat antara Kak Silfa dan Tiara. Ternyata pria yang tadi add facebook-nya dan menyapa dia adalah sepupu dari Kak Silfa. Kak Silfa pun menceritakan secara singkat siapa sepupunya itu, berikut usia, pekerjaan dan pendidikan. Namun ternyata, sepupu Kak Silfa ini merupakan seorang duda yang telah memiliki dua orang putri. Tiara pun bingung, tidak terbayangkan dia akan berkenalan dengan pria yang sudah berstatus duda.
Tapi Tiara berkata, "Aku telah melakukan amalan-amalan agar dimudahkan urusan jodoh, dan juga telah menyerahkan pilihan jodoh tersebut kepada Allah, siapa tau dia adalah jawaban dari doa-doa aku selama ini. Tidak ada salahnya coba untuk berkenalan terlebih dahulu.”

Tiara pun membalas kembali pesan Uraydhy, "Domisili di Jakarta".

Obrolanpun berlangsung seru dan menyenangkan. Tidak terasa jam sudah menunjukan waktu dini hari. Tiara pamit untuk tidur tapi sebelum itu Uraydhy meminta untuk bertemu besok hari pada saat makan siang, tanpa berpikir panjang Tiara pun menyetujui, dia berpikir bahwa untuk apa bertele-tele dengan chit chat yang tidak jelas, lebih baik segera memastikan, bagaimana suasana hatinya setelah bertemu Uraydhy nanti.

Dengan hati yang deg-degan Tiara menuruni anak tangga kampusnya, dari kejauhan dia melihat sosok pria dengan menggunakan jeans biru gelap dan kemeja kotak-kotak kecil berwarna merah dan putih serta mengenakan sneakers. "hhhmmm... good looking" kata hati Tiara.
Setelah dekat mereka saling menyapa dan Uraydhy membawa Tiara keluar dari kampus untuk pergi makan siang bersama. Mobil melaju dengan kecepatan yang sedang. Mereka mengobrol ringan sepanjang perjalanan.

Walaupun hati gugup tapi Tiara menikmati obrolan dengan Uraydhy. Uraydhy ternyata sosok pria yang hangat dan juga menyenangkan. Dari pertemuan pertama, Tiara merasa bahwa Uraydhy sosok yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta cara berkomunikasi yang baik. Sometimes when you meet someone you just click. I don't believe in love at first sight, but I sure believe in the click. *caaeelaaahh... let’s figure out :D*

Singkat cerita, Uraydhy sepertinya menyukai pertemuan dengan Tiara, ini terbukti dengan Uraydhy meminta untuk menghubungi via telp kapan-kapan dan mengajak untuk jalan lagi setelah dia pulang dari luar kota nanti, karena lusa Uraydhy harus meninggalkan Jakarta selama seminggu untuk pekerjaan.

Selama di luar kota, komunikasi mereka melalui telpon dan whatsapp berjalan lancar. Mereka saling bercerita, tukar pikiran, menceritakan hobi masing-masing. Tiara mulai tau kalau Uraydhy orang yang gemar olah raga dan suka hidup sehat, bahkan sejak tahun 2009 Uraydhy berhenti merokok. Ini menjadi nilai tambah untuk Uraydhy, karena jujur saja, Tiara mengharapkan suami nya kelak bukanlah dari kalangan perokok. Uraydhy aktif mencari tau apa yang Tiara suka dan tidak suka. Dia tau kalau ternyata Tiara hobi menulis dan ketika dia menanyakan apa lagu yang Tiara suka, Tiara menjawab bahwa dia suka semua jenis musik kecuali keroncong dan jazz. Bahkan sejak SMA, Tiara sangat mengidolakan grup rock Linking Park.
Pernah suatu ketika, Uraydhy mengirimkan sebuah lirik lagu ke pada Tiara. Uraydhy berkata bahwa itu lagu favoritnya, sebuah lagu dari Michael Franks yang berjudul How I Remmber You.
Perbincangan tersebut berjalan cukup intens bahkan tak jarang kalau mereka berdua tidur dini hari atau bahkan tidur dalam keadaan masih on call :).
When two people really care about each other, they always find a way to make it work. No matter how hard it is. *Asik...apa coba :P*

Kedekatan Tiara dengan Uraydhy sukses membuat hari-hari Tiara indah dan membahagiakan. Hampir tiap menit mereka saling memberi kabar, bahkan tiap pagi setelah subuh, Uraydhy tidak pernah absen memberikan salam Shobahul kher dan itu membuat Uraydhy semakin special di hati Tiara. Uraydhy yang menyenangkan, hangat, ceria, suka bercanda, ekspresif, sweet dan juga bawel telah sukses memikat hati Tiara.

"Abang sayang sama kamu..." kalimat sakral itupun muncul dari bibir Uraydhy, tepat 6 hari mereka dekat. Rasa ingin meloncat keluar jantung Tiara dan rasa deg-degan yang luar biasa ketika mendengar kalimat itu. Untung kalimat itu dikatakan melalui sambungan telpon, karena Uraydhy masih di luar kota, seandainya Uraydhy menyampaikan itu face to face tidak tau kemana dia harus meyembunyikan rona merah pipinya. Uraydhy juga menyampaikan bahwa dia tidak mencari pacar tapi mencari calon istri, yang bisa diajak serius membangun rumah tangga kelak. Uraydhy juga menambahkan bahwa sebuah hubungan itu, sampai kapan pun akan selalu ada yang namanya ADJUSTMENT.
Tidak tau apa yang membuat Tiara mudah memberikan hatinya untuk Uraydhy dan tanpa menunggu waktu lama, Tiara menjawab bahwa dia juga sayang dan seketika itu juga sholawat serta doa keluar dari mulut Uraydhy.
Allahumma sholialamuhammad wa’ali muhammad...
Terdengar tenang, lembut dan syahdu suaranya melantunkan doa, dan di tempat yang berbeda Tiara meneteskan air mata sembari berkata dalam hati "Ya Allah apakah ini jawaban atas amalan-amalan yang aku kerjakan? Apakah ini jawaban atau doa-doa yang aku panjatkan, mohon ridho dan mudahkan jalan kami untuk menuju ke pernikahan"

Pagi itu merupakan hari yang berbeda dari hari-hari sebelumnya, dengan langkah semangat dan senyum yang mengembang Tiara berjalan dari rumah kontrakan menuju kampus. Hari ini dia resmi mempunyai pasangan hehehe.... "Saya ga jomblo lagi Ya Allah :D" jerit hati Tiara. 
Hari-hari berjalan menyenangkan bagi Tiara, dia tidak sabar menanti Uraydhy pulang dari luar kota. Uraydhy pun telah membuat janji untuk mereka pergi makan malam. Sampai tiba hari dimana Uraydhy pulang, Tiara bahagia dan senyum-senyum sendiri dari pagi, padahal Uraydhy baru sampai Jakarta malam hari nanti tapi sore dia sudah sibuk mencari baju yang cocok dan kerudung yang senada.
Telpon berdering, ternyata Uraydhy menelpon untuk mengabari bahwa dia baru mendarat, dan sepanjang perjalanan dari bandara kembali ke rumah, Uraydhy tidak mau mematikan telponnya. Sampai masuk kedalam rumah dan malam itu juga bersiap-siap menjemput Tiara untuk jalan bareng. Uraydhy berkata, "Ini kedua kalinya kita bertemu tapi status kita sudah pacaran". Tiara pun tersipu malu mendengarkan hihihi....

Mereka sepakat untuk jalan dengan menggunakan motor, hal itu bukan masalah yang penting untuk Tiara, karena bertemu dan jalan berdua dengan Uraydhy merupakan hal yang paling penting saat ini. Dengan perasaan yang nervous dan tubuh yang gemetaran Tiara keluar dari rumah menemui Uraydhy yang telah menunggu diluar. Senyum sumringah terlihat dari wajah Uraydhy, sedangkan Tiara sibuk mengatur nafas dan jantung nya yang berdetak kencang.
Mereka jalan menuju tempat makan malam, motor dikemudi perlahan oleh Uraydhy. Tiba-tiba telpon Uraydhy berdering, ternyata ada telpon masuk dari kakaknya. Motor berhenti sejenak dan Uraydhy berbicara sebentar. Tidak lama telpon di tutup kembali, lalu uraydhy berkata, "Ganggu orang lagi pacaran aja." Goda Uraydhy. Tiara hanya membalas dengan senyuman.

Sesampai di tempat parkiran, masih dengan bahasa tubuh yang canggung, Tiara berjalan mengikuti tubuh Uraydhy dari belakang. Sampai tiba-tiba, ketika mereka telah menyeberang jalan, Uraydhy menyentuh dan menggenggam tangannya. Seketika itu juga, jantung Tiara berdetak kecang, peredaran darah seperti berhenti dan terasa seperti nyes-nyes kesemutan di jantung nya hehehe... *apa coba hahaha...*
Uraydhy tidak melepaskan genggamannya hingga mereka menemukan tempat untuk  menghabiskan waktu malam itu.
Mereka duduk makan malam di sebuah cafe, namun karena rasa kangen ingin bertemu lebih besar, mengalahkan rasa lapar diperut, jadi sandwich yang mereka order tidak bergitu dilirik.

"Kamu cantik banget..." kata Uraydhy tiba-tiba. Tiara hanya tersipu malu, sembari kaki nya menendang pelan ke kaki Uraydhy. Ini pertama kalinya dalam hidup Tiara merasakan indahnya malam ini, duduk berdua dengan orang yang di cintai. Karena hingga usia kepala 3 Tiara belum penah menjalin asmara dengan pria manapun. Dan Uraydhy lah pria pertama yang menyentuh tangannya. Uraydhy mengulurkan sebuah kantong plastik. Tiara bertanya, "Apa ini?". Uraydhy memberi kode untuk Tiara buka saja, ketika kantong plastik tersebut di buka, Tiara melihat ada mukena batik berwarna biru didalamnya. Tiara tersenyum melihat kearah Uraydhy sembari berkata terima kasih. Uraydhy menjawab, "Kamu suka warna biru kan?"

Tak terasa waktu berjalan cepat sekali, karena telah larut mereka memutuskan pulang. Sekali lagi Uraydhy menggenggam tangan Tiara penuh rasa sayang. Bahkan ketika Uraydhy mencari kunci motor yang dia simpan di saku celana sebelah kiri, Uraydhy tidak mau melepaskan genggaman tangannya, malah memindahkan tangan Tiara ke tangan kanan Uraydhy *modus emang :P*
Ketika berjalan pulang dipersimpang jalan motor mereka berhenti karena lampu merah. Tiba-tiba Uraydhy meraih tangan Tiara dari belakang, sembari digenggam. Tangan nya yang lebar dan besar cukup menggenggam penuh seluruh jemari Tiara. Sambil menggenggam Uraydhy berkata, “Kamu dingin ngga? Kita disini sama-sama merantau, jauh dari keluarga. Kamu tidak ada keluarga juga kan disini?”. Tiara menjawab dengan gelengan sembari tersenyum. Ketika lampu akan hijau, Uraydhy malah meletakkan tangan Tiara kedalam kantong jaket kulit yang dia pakai.
*Romantis sekali*

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Ada kebiasaan Uraydhy yang membuat Tiara merasa nyaman, setiap mengantar pulang Tiara dari habis dating, Uraydhy selalu membacakan sholawat sebanyak 3 kali dihadapan Tiara sambil matanya menatap lekat-lekat ke wajah Tiara. "Biar kamu jadi milik abang dan kita terus sama-sama." Uraydhy percaya bahwa dengan mengamalkan sholawat tersebut, apapun yang kita mau bisa kita miliki.
Hubungan asmara merekapun kadang diwarnai keributan kecil, tapi Uraydhy sosok yang luar biasa sabar dan dewasa. Dia meng-ngemong Tiara dengan penuh kasih sayang. Sampai masuk bulan ke enam mereka jadian, Uraydhy berkunjung ke kampung halaman Tiara untuk berkenalan dengan orang tua dan keluarga Tiara. Sebagai tradisi dirumahnya, persiapan pun dilakukan dirumah Tiara. Rumah Tiara terasa berbeda, penuh dengan rasa bahagia dan gembira.
Dari keluarga Uraydhy pun telah mengetahui bahwa Uraydhy telah menemukan pasangan yang mengisi hari-hari nya, dukungan pun diberikan oleh Umi Uraydhy dan juga saudaranya.
Pasang surut perjalanan hubungan cinta Uraydhy dan Tiara pun dialami oleh mereka berdua, sempat Tiara menginginkan putus ketika mereka bertengkar tapi Uraydhy mampu mempertahankan. Uraydhy pernah berkata, "Jika kamu dan aku berpisah dan memutuskan mencari pengganti, kita akan tetap melewati hal yang sama, bahkan kita akan mulai mengenal pasangan baru kita dari nol lagi. Aku sudah tau kamu seperti apa dan begitu juga kamu yang telah mengenal aku seperti apa. Kalau kamu memilih menyerah, abang tetap akan memperjuangkan hubungan ini karena ini bukan tentang Uraydhy dan juga bukan tentang Tiara, tapi ini tentang kita. Abang sayang kamu dan kamu juga sayang abang, percayalah kita akan menyesal kalau terjadi apa-apa dengan hubungan kita.”
A true relationship is someone who accepts your past, support your present, love you and encourages your future.

Sampai suatu ketika hal menyakitkan itu pun terjadi, sepulang Tiara dari kota tempat keluarga Uraydhy tinggal, untuk menjalankan tes penerimaan dosen sekaligus berkenal dengan keluarga Uraydhy. Komunikasi berjalan lancar tapi tidak seintens biasanya, sampai tiba keributan besar terjadi karena Uraydhy dianggap tidak bisa memberikan kepastian waktu kepada Tiara kapan mereka akan menikah. Alangkah kagetnya Tiara ketika tau bahwa Umi Uraydhy tidak menyetujui hubungan mereka tanpa Tiara ketahui apa penyebabnya. hati Tiara hancur, air mata tumpah. "Apa salah dan kurangnya aku sampai Umi nya Uraydhy yang awalnya tidak masalah mereka berhubungan, mendadak menjadi tidak merestui".

Meski berat Tiara mencoba mengikhlaskan, dan Uraydhy memohon untuk mereka mempertahankan hubungan ini, berjuang bersama karena dia tidak siap kehilangan Tiara, Uraydhy tidak ingin putus dari Tiara. Dengan suara bergetar dan nangis sesegukan Uraydhy berkata "Abang sayang sama kamu, kamu luar biasa. Abang bisa merasakan support kamu, kamu luar biasa buat abang". Akhirnya hari itu mereka sepakat untuk tetap meneruskan hubungan tersebut walaupun Umi Uraydhy tidak merestui. Mereka memutuskan untuk menjalankan hubungan ini sembunyi-sembunyi dari keluarga mereka masing-masing. Jadi mereka membiarkan keluarganya menganggap bahwa mereka telah berpisah.

Namun, baru bejalan satu minggu, mendadak Uraydhy berubah sikap, Tiara bisa merasakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri Uraydhy. Tidak ada lagi salam Shobahul Kher tiap pagi, Uraydhy sudah jarang menghubungi, bahkan wa-pun hanya sesekali dan sudah tidak ada lagi kata I love you tiap Uraydhy mengakhiri pembicaraan. Tiara berusaha untuk mejaga komunikasi ini agar tetap terjalin, bahkan karena dia ingat akan pesan Uraydhy bahwa jika dia sibuk tidak ada salahnya Tiara yang menelpon duluan. Dua kali Tiara melakukan hal tersebut tapi ternyata Uraydhy masih sibuk dengan aktvitasnya bahkan bahasa yang dia ucapkan ketika Tiara menelpon itu seperti menerima telpon dari teman biasa. Tiara pun bertanya, "Ada orang kah disitu?" Uraydhy menjawab, "yup". Dengan hati yang kecewa Tiara mengakhiri telpon yang tidak sampai 3 menit itu, batinnya berkata, "Dulu tidak seperti ini, paling betah ngobrol lama-lama, tapi sekarang, jangankan ngobrol bahkan mengabari pun sudah jarang". Sampai pada suatu malam, Tiara mencoba menghubungi Uraydhy via whatsapp, tapi ntah kenapa chat Tiara hanya di baca saja, padahal malam itu dia butuh Uraydhy untuk bercerita. Tiara me-ngecek ke no whatsapp satunya lagi, ternyata Uraydhy sedang online disana. Tiara sapa dengan sabar dan bernada bercandaan dia bertanya, "Assalamu'alaikum pak, lagi ngapain?

Uraydhy membalas seperti biasa, "Wa'alaikumsalam,,, lagi seseruan aja nh di grup.”

Ntah kenapa membaca balasan Uraydhy tersebut Tiara menjadi bete, Uraydhy tega meninggalkan chat nya dalam keadaan di read saja dan memilih seseruan di wa yang lain dengan temen grupnya. "Ada apa ini? kenapa sikapnya menjadi seperti ini.” Tiara coba membalas masih dengan nada riang dan bercanda tapi sayang sekali, chat itupun bernasib sama, hanya di read tanpa dibalas.

Akhirnya pertekaran pun tidak terelakkan, alasan Uraydhy tidak membalas berubah-ubah. Pertama dia berkata bahwa sudah capek sekali tapi alasan itu dibantah oleh Tiara dengan bukti lastseen Uraydhy di wa. Lalu Uraydhy berkilah bahwa sudah tidak ada pertanyaan lagi dari balasan wa Tiara jadi dia memilih me-read saja. Tiara protes dengan berkata, “Apakah harus ada pertanyaan dulu baru kamu mau membalas dan meladeni wa aku? Kemana kamu yang dulu? Kenapa kamu yang sekarang terasa asing bagi aku. Kita ini LDR-an sejak kamu memutuskan pindah ke Jogja 5 bulan yang lalu, hanya komunikasi saja yang membuat kita tetap keep in touch tapi kalau komunikasi saja udah bikin kamu tidak tertarik lagi, aku harus bagaimana?” terdengar suara Tiara mulai bergetar.
Malam itu komunikasi mereka berakhir dengan masalah yang belum beres.
Besok paginya setelah Tiara sampai di kampus, Uraydhy coba menghubungi dan betapa kagetnya Tiara ketika tiba-tiba Uraydhy meminta untuk saudara-an saja. Tiara bertanya apakah Uraydhy sudah ada wanita lain tapi dengan bersumpah demi Allah Uraydhy berkata bahwa tidak ada wanita lain. Malamnya Uraydhy mencoba mengirim wa kepada Tiara. Namun karena rasa kesal Tiara belum hilang, wa tersebut hanya di read saja. Dua hari waktu berlalu, Tiara mulai merindukan sosok Uraydhy dan menyesali sikapnya kepada Uraydhy. Tiarapun mencoba menghubungi Uraydhy dan mereka pun berbicara, sempat Uraydhy minta untuk mengakhiri hubungan tersebut tapi Tiara bersikeras untuk memepertahankan sampai akhirnya mereka bicara dengan pelan dan baik-baik, akhirnya mereka sepakat untuk baikan lagi. Komunikasi berjalan seperti biasa tapi ntah kenapa hati Tiara masih merasa ada keraguan, dia merasa Uraydhy tidak sepenuh hati lagi menginginkan hubungan ini. Dugaan Tiara benar, ketika dia coba menelpon Uraydhy pagi itu, mereka berbincang seperti biasa. Namun, tiba-tiba Uraydhy berkata bahwa ketika mereka sempat diam-diam-an kemarin, Uraydhy me-ngechat Lisa, yang mana Lisa ini adalah teman media sosial Tiara. Uraydhy menjelaskan bahwa Lisa mem-follow instagram-nya dan Uraydhy berkilah bahwa chat-nya kepada Lisa hanya "say hi..." saja.

Tiara memprotes tindakan Uraydhy tersebut namun tanpa rasa berdosa dan dengan berapi-api Uraydhy berkata bahwa dia tidak mau di kekang. “Kalau kamu mengekang mending kita udahan saja”. Tiara kaget luar biasa, untuk pertama kalinya selama 9 bulan mereka berhubungan Uraydhy mengucapkan kata “Udahan” padahal dulu Uraydhy selalu berpesan untuk tidak mudah mengucapkan kata putus.
Uraydhy yang dia kenal benar-benar telah berubah.” batin Tiara. Dengan mata yang masih basah karena air mata, Tiara berusaha untuk melembutkan hatinya dan memahami keinginan Uraydhy walau sejujurnya dia tidak terima atas sikap Uraydhy tersebut. Tiara belum siap kehilangan Uraydhy pada saat itu, namun pagi itu setelah selesai berbicara dengan Uraydhy, Tiara memutuskan mandi dan sholat dhuha. Dia minta kepada Allah untuk memenuhi hati dan pikirannya dengan cinta kepada Allah semata. Dan Tiara semakin menyakini bahwa rasa kasih dan sayang Uraydhy untuk dirinya sudah kering berganti rasa penasaran terhadap Lisa.

Hampir tiga hari mereka diam tanpa berkomunikasi, Tiara cukup heran kenapa Uraydhy yang biasa aktif menghubungi bahkan ketika bertengkar sekalipun, tiba-tiba hilang berhari-hari.
Sampailah tiba telepon yang sukses memporak-porandakan hati Tiara. Lisa menelponnya untuk menanyakan soal Uraydhy, dan Lisa berkata dia membutuhkan informasi soal Uraydhy karena Uraydhy ingin berkenalan dengan orang tuanya. Hati perempuan mana yang tidak hancur mendengar perkataan itu. Dia belum tuntas dengan Uraydhy tapi Uraydhy sudah tega dan secepat itu mencari pengganti dirinya. Kemana Uraydhy yang selama ini dia kenal, pejuang tangguh, penyayang, mengayomi dan juga perhatian.
Dengan lembut Tiara menolak permintaan Lisa tanpa dia memberitahu bahwa dia dengan Uraydhy sebenarnya berpacaran. Tapi Lisa terus memaksa, hati Tiara semakin sakit ketika tau kapan pertama kali Uraydhy menghubungi Lisa dan apa isi chat Uraydhy pertama kali. Ternyata selama ini Uraydhy telah membohongi dia, kenapa Uraydhy tega melakukan ini? Kalaupun ingin mencari pengganti dirinya karena menganggap sudah tidak ada masa depan karena tidak ada restu dari uminya, seharusnya Uraydhy bisa berkata terus terang, bukan dengan bersikap seperti ini. Apakah ini penyelesaian secara dewasa dan baik-baik yang selama ini di agung-agungkan oleh Uraydhy. Kenapa Uraydhy tidak mencoba memperjuangkan dia seperti dulu agar mendapat restu umi nya? Kemana rasa cinta dan sayang Uraydhy untuk dirinya? Apakah sudah hilang bersamaan dengan dia mendekati Lisa? “Ya Allah ini terlalu sakit dan berat untuk aku lewati” batin Tiara. Masuk kedalam rumah tangis Tiara pecah, dia mencoba menghubungi Uraydhy dan pertengkaranpun tidak dapat dihindari, bahkan Umi Uraydhy pun ikut turun tangan. Semua terbongkar, belang Uraydhy pun ketauan bahkan kebohongan-kebohongan dan kepura-puraan yang selama ini Uraydhy lakukanpun ketauan.

Malam itu sudah tidak ada lagi Uraydhy dan Tiara. Sudah tidak ada lagi perjuangan, sudah tidak ada lagi kata bertahan dan sudah tidak ada kata adjustment yang biasa di umbar-umbar oleh Uraydhy. Semua sudah hancur bersama rancana-rencana mereka jika menikah kelak. Hancur karena kebohongan, hancur karena kepalsuan, hancur karena fitnah yang keji serta hancur karena penghianatan. Tiara memilih melepaskan dan mengikhlaskan hubungannya berakhir karena wanita lain. Ternyata bukan hanya Lisa yang coba didekati oleh Uraydhy, ada wanita lain selain Lisa yang menjadi prospek nya Uraydhy juga yaitu Mela. Siapa dia? Tiara memilih untuk tidak mau tau.
Sakit? Pastinya. Kecewa? Sudah pasti. Uraydhy yang dia kenal sudah berubah menjadi penjahat yang kejam luar biasa. Nama baiknya rusak dihadapan keluarga Uraydhy karena ulah Uraydhy, ditambah lagi Tiara harus menerima kenyataan bahwa Uraydhy mencoba mendekati Lisa yang nota bene itu adalah temannya. Kak Silfa orang yang telah berjasa membersihkan nama baik Tiara yang telah rusak dimata keluarga Uraydhy. Dari Kak Silfa, Tiara mengetahui alasan mengapa umi Uraydhy mendadak tidak merestui hubungan mereka, ternyata umi-nya mendapatkan informasi tentang Tiara namun sangat disayangkan informasi tersebut tidaklah sesuai dengan fakta yang terjadi, jadi disini Tiara telah di fitnah dan di-jelekan namanya.

Kalimat terakhir Tiara kepada Uraydhy, “Dalam satu malam aku mendapatkan berita yang menyakitkan secara bertubi-tubi, kalau kamu mau tau sesakit apa, pertanyaan aku adalah apakah kamu rela anak atau adik perempuan kamu mengalami seperti yang aku alami saat ini?” Uraydhy hanya bisa diam membisu sembari mengucapkan maaf. Namun dia tidak berhenti untuk menghubungi Lisa, malam itu dia mengabari Lisa bahwa dia dan Tiara telah berakhir dan dia kasian dengan Tiara. Hati Tiara bertambah haru dan perih. Kenapa dia bisa bertemu, kenal dan dekat dengan lelaki sekejam ini.


Tiara memcoba untuk bangkit dari rasa kecewa dan sakit hatinya. “Kejadian ini tidak cukup kuat untuk menghancurkan impian dan masa depannya” batin Tiara. Dia mencoba mengikhlaskan hubungan dengan Uraydhy berakhir walau dengan cara yang cukup terhina. Dia menata hatinya yang telah hancur, menghabiskan waktu dengan bermacam kesibukan di kampus. Syukur alhamdulillah Tiara banyak dilibatkan dalam kegiatan penelitian di kampus dan juga tawaran menjadi seorang pembicara. Dan tidak butuh waktu lama Tiara semangat kembali menata hari-harinya. “I may regret the way we ended, but I will never regret what we had” gumam Tiara.

Seminggu berlalu setelah kejadian tersebut, malam itu hp Tiara berbunyi, dia melihat nama Lisa muncul di screen hp nya. Dia malas untuk mengangkat tapi telpon terus berbunyi dan dia pun mengangkat telpon dari Lisa. Lisa mengabarkan bahwa besok pagi Uraydhy datang ke Jakarta dan akan berkunjung ke rumahnya untuk menemui orang tuanya. Uraydhy melakukan itu karena ingin memenuhi janji nya kepada Lisa waktu itu. Lisa sempat menjelaskan bahwa dia tidak akan menemui Uraydhy ketika Uraydhy datang kerumahnya nanti. Dia ingin memberi pelajaran kepada Uraydhy yang merasa seperti sosok pria yang ingin di kejar atau di uber. *Uber ojek kali ah :D*
Karena kabar dari Lisa bukan hal menyenangkan bagi Tiara, Tiara menyampaikan bahwa dia dan Uraydhy sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, jika dia ingin mencari perempuan lain itu sudah bukan urusan dia lagi. Tiara minta kepada Lisa untuk tidak menceritakan apapun yang berkaitan dengan Uraydhy karena dia sudah tidak mau tau.

Namun, esok siang Tiara menerima wa dari Lisa yang mengabarkan bahwa Uraydhy baru pulang dari rumahnya, tapi Lisa sengaja tidak ada dirumah, jadi Uraydhy hanya berbincang berdua dengan Umi nya. Tiara memutuskan untuk tidak mengomentari hal tersebut, dia mengabaikan wa Lisa dengan hanya me-read saja.

Hidup itu adalah pilihan, kita yang menentukan ingin bahagia atau larut dalam kesedihan. Namun harus kita sadari bahwa masih banyak orang disekeliling kita yang memilih setia dan tetap menyayangi kita, yaitu keluarga. “Hidupku terlalu berharga hanya untuk mengurusi hal murahan seperti ini” kata hati Tiara. Life must go on.
Uraydhy bukan segala-gala nya lagi bagi Tiara, dan Uraydhy hanya sebuah kenangan pahit dalam hidupnya. Tiara memutuskan untuk fokus dengan karir dan juga melanjutkan pendidikan. Masalah jodoh dia memasrahkan dan mempercayakan pilihan itu kembali kepada Allah. Tiara menganggap lepas dari Uraydhy merupakan lepas dari marabahaya, karena sifat lelaki yang suka selingkuh atau main perempuan itu merupakan suatu penyakit yang suatu saat bisa kambuh."Aku seharusnya bersyukur karena Allah telah menyelamatkan aku." batin Tiara.
Tiara menganggap bahwa kejadian ini merupakan teguran dari Allah, bahwa selama mengenal Uraydhy tanpa dia sadari dia telah melalaikan Allah, kurang perhatian dengan orang tua. Astaghfirullah.

If I’ve learned anything from life, it’s that sometimes, the darkest times can bring us to the brightest places. I’ve learned that the most toxic people can teach us the most important lessons; that our most painful struggles can grant us the most necessary growth; and that the most heartbreaking losses of friendship and love can make room for the most wonderful people. I’ve learned that what seems like a curse in the moment can actually be a blessing, and that what seems like the end of the road is actually just the discovery that we are meant to travel down a different path. I’ve learned that no matter how difficult things seem, there is always hope. And I’ve learned that no matter how powerless we feel or how horrible things seem, we can’t give up. We have to keep going. Even when it’s scary, even when all of our strength seems gone, we have to keep picking ourselves back up and moving forward, because whatever we’re battling in the moment, it will pass, and we will make it through. We’ve made it this far. We can make it through whatever comes next.

Tiara menutup buku diary-nya dengan mengutip perkataan dari Danielle Koepke. Hatinya sakit dan kecewa tapi dia tidak mau larut dalam perasaan tersebut. Jodoh, maut dan rizki sudah ada yang mengatur. Tiara memilih untuk tidak mau memikirkan akan seperti apa hubungannya dengan Uraydhy kedepannya. Karena harapan dan kepercayaan tersebut telah sirna dengan kebohongan yang bertubi-tubi Tiara dapat dari Uraydhy.
Tiara teringat bahwa dulu ketika Uraydhy ulang tahun, dia menghadiahkan sebuah tasbih hitam dari batu sebagai kado untuk Uraydhy. Karena Tiara berharap bahwa tasbih itu akan mengikat mereka untuk selamanya. Tapi apa mau dikata, perasaan tulus yang Tiara berikan untuk pria yang teramat dia sayangi tercoreng dengan fitnah dan kebohongan Uraydhy terhadapnya.
“Semoga dia menemukan kebahagiaan yang dia cari dan mendapatkan perempuan yang dia suka dan di restui oleh keluarganya” doa Tiara dalam hati.
Love shouldn’t be a secret. If you love someone, tell them. You will always regret it if you don’t.

Pesan terakhir saya dalam cerita ini.
Don’t you ever regret knowing someone in your life. Good people will give you happiness, bad people will give you experience, while the worst people will give you a lesson, and the best people will give you memories.

Apakah kisah Tiara dan Uraydhy belum berakhir? Apakah Tiara memilih mencari pengganti Uraydhy, atau memilih sendiri untuk sementara waktu dan fokus untuk meneruskan pendidikannya dan menjadi anak yang lebih membanggakan bagi orang tuanya, kemana kehidupan akan membawa Tiara? Nantikan kelanjutan kisah Tiara di season kedua.
InsyaALLAH... ;)