KITA YANG SUDAH TIDAK
BERSAMA...
Untuk pertama kalinya
aku bertemu kebahagiaan hatiku
Untuk pertama kalinya
aku memiliki cinta
Untuk pertama kalinya
hati ini telah ada yang memiliki
Namun bahagia itu
hanya sesaat
Cinta itu pergi untuk
singgah ke hati yang lain
Aku selalu minta
kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan orang yang rasa cinta dan sayangnya
begitu besar untukku
Tapi aku lupa meminta
kepada Tuhan, dipertemukan dengan orang yang setia berdampingan selamanya dalam
keadaan apapun
Apakah kau tau
Bagaimana rasanya
diduakan?
Apakah kau tau
Bagaimana rasanya
dikhianati?
Rasa ini ternyata tak
layak untukmu...
Secara tidak sengaja Tiara menemukan tulisan yang dia muat
di aplikasi tumblr-nya, tulisannya yang dia buat saat baru beberapa hari
putus dari Uraydhy. Sembilan bulan bukan waktu yang sebentar untuk melakukan
proses belajar menerima segala kejadian yang membahagiakan dan juga
menyedihkan. Butuh perjuangan untuk menghadapi segala macam pertengkaran,
amarah dan emosi yang kadang meninggi, melawannya dengan kesabaran. Kita
manusia yang pastinya memiliki kekurangan, keburukan dan kesalahan. Namun dari
hubungan tersebut kita sama-sama belajar. Apalagi hubungan yang telah diikat
dengan sebuah pernikahan, sesuatu yang sakral dan suci. Harus memiliki komitmen
yang kuat, bukan mudah menyatukan visi dan misi dua insan dengan isi kepala
yang berbeda. Karena, mencintai kelebihannya itu hal yang mudah, namun dapat
mencintai kekurangannya itu yang tidak mudah. Menerima kebaikannya itu hal yang
gampang, namun sabar menerima keburukannya itu baru luar biasa. Saling
berdampingan disaat senang itu hal yang biasa, namun berdampingan disaat
kesulitan melanda itu baru luar biasa. Menjaga dikala sehat itu hal yang mudah,
namun merawat dikala sakit itu yang penting. Jadi setiap hubungan jika ingin
bertahan lama harus berlandaskan KEJUJURAN dan KETERBUKAAN, karena dengan
kejujuran akan lahir yang namanya pengertian, kesetiaan, kepercayaan dan juga ADJUSTMENT. Tidak mungkin adjustment dilakukan pada sebuah
kebohongan.
"Fuuuhhh..." Tiara menghela nafasnya, hampir dua bulan atau lebih sudah kejadian itu berlalu. Hati Tiara telah membaik, dia telah meikhlaskan semuanya, melupakan hal pahit tersebut, memaafkan semua kekhilafan Uraydhy terhadapnya. Bahkan pada saat seminggu setelah Tiara dan Uraydhy putus, Tiara diberi kabar oleh Lisa bahwa Uraydhy akan berkunjung ke rumahnya. Tiara memilih tidak memperdulikan lagi hal apapun yang berkaitan dengan Uraydhy karena bukan urusan dia lagi untuk mengetahuinya. Mau Uraydhy berhubungan dengan 10 perempuan sekalipun dia sudah tidak perduli. Setiap orang yang singgah dalam hidup kita tentunya memberikan pelajaran untuk kita. Bahkan hal seburuk apapun yang kita alami tentunya ada pelajaran atau hikmahnya yang bisa kita ambil. Bak kata Mas Tere Liye dalam novelnya yang berjudul Rindu, "Selalu ada alasan terbaik kenapa sesuatu itu terjadi, meski itu menyakitkan, membuat sesak dan menangis. kita boleh jadi tidak faham kenapa itu harus terjadi, kita mungkin tidak terima, tapi Tuhan selalu punya skenario terbaiknya. Jadi, jalanilah dengan tulus. Besok lusa, semoga kita bisa melihatnya dan tersenyum lapang".
Seperti kalimat hebat dari Mandy Hale: ”Strong women don't play victim, don't make
themselves look pitiful, and don't point fingers. They stand and they deal.” Jadi,
cinta boleh gagal, tapi menjadi orang yang berkualitas harus tetap jalan, agar
nantinya datang cinta yang jauh berkualitas dan berkelas. *Asiiikkk... :P*
Kak Lana pernah berpesan kepada Tiara ketika Tiara terpaksa
bercerita penyebab dia dan Uraydhy putus, dikarenakan Kak Lana menanyakan kabar
Uraydhy kepadanya. Kak Lana kaget dan dia berkata, "Yang terpenting buat
kakak kamu tidak menyesal, dan jangan pernah orang yang tidak penting
mempengaruhi hidup kita. Dengan dia berbuat seperti itu, dia telah menunjukkan
kualitasnya seperti apa dan kelasnya dimana. Seorang lelaki jika tidak bisa
dipegang komitmennya dan inkonsisten ditambah tidak bijaksana dalam bersikap
sungguh dia tidak layak untuk dijadikan seorang pemimpin. I know you Tiara
and you deserve someone better than him dan kakak berdoa untuk kamu semoga
Allah segerakan kamu bertemu dengan jodoh pilihan-Nya".
Mereka berpelukkan dan Tiarapun membalas ucapan Kak Lana,
"Aku tidak menyesal kehilangan dia kak, yang aku sesali adalah aku telah
membuang waktuku dengan orang yang salah. Aku terlalu menyakini bahwa kami akan
menikah nantinya. Terima kasih doanya kak semoga segera di ijabah oleh
Allah".
"Kalau Om Barli tau soal ini, kakak yakin beliau langsung cariin kamu jodoh karena dia orang yang sangat care dan koneksinya luas" tambah Kak Lana.
"Boleh kak, hahahah. Tapi Tiara malas jelasin ke Om Barli kenapa putus. Abis malu-maluin kak"
"Dah gampang, ntar kita atur hihihihi" balas Kak
Lana
Kak Lana yang Tiara kenal pada
sebuah training yang mana Kak Lana menjadi seorang pembicara dan Tiara
sebagai facilitator. Wanita yang energik, punya wawasan yang luas, ilmu
komunikasinya jangan dibilang karena beliau seorang akademisi juga. Kak Lana
juga cantik dan sangat modis gaya berpakaiannya. Tiara bisa dekat dengan Kak
Lana karena Kak Lana memperkenalkan Tiara ke sebuah komunitas yang sangat
peduli dengan masalah pendidikan bagi anak-anak muda, dibawah pimpinan Om
Barli.
--
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulanpun berganti bulan. Tiara menjalankan hari-harinya dengan bahagia, hidup dengan tenang dan beraktifitas seperti biasanya. Bahkan diluar dugaan banyak pekerjaan di kampus dimana Tiara dilibatkan didalamnya.
Sampai suatu ketika Kak Silfa berkata "kakak seperti
melihat Tiara yang pertama kali kakak kenal, cewek yang ceria, bawel dan
cerewet hihihi..."
"Bisa aja kakak mah..." timpal Tiara.
"Buat apa kita berlarut-larut dalam kesedihan kak, masih banyak hal penting dan berharga yang butuh tenaga dan pikiran untuk dikerjakan. Lebih-lebih Tiara masih punya orang tua yang harus Tiara bahagiakan di hari tua mereka" tambah Tiara.
"Yup betul banget jeunk... kapan kamu berangkat?".
"InsyaALLAH dua minggu lagi, doain kak" jawab Tiara.
"Sukses deh buat kamu"
Merekapun menikmati obrolan sembari menyeruput coklat panas,
tiba-tiba hape Tiara berbunyi, ada whatsapp masuk. Tiara
melihat home screen dan Tiara kaget sekali
ada whatsapp masuk dari orang yang sudah lama sekali tidak berkabaran
dengannya. Tiara tersenyum lalu membalas whatsapp tersebut, tidak
lama masuk lagi balasan dari orang diseberang sana, dia mengirim sebuah gambar.
"dia masih dengan hobi lamanya ternyata" batin Tiara seraya tersenyum
simpul. Dan merekapun saling membalas pesan.
Tanpa sadar pikiran Tiara terbang pada kejadian beberapa tahun lalu, saat itu sosok ini pernah menjemput Tiara ketika dia selesai memberikan les privat dengan mahasiswa S3 yang mana mahasiswa ini merupakan kepala bagian pada salah satu kementerian di Jakarta. Saat itu sosok ini menelfon dan bilang akan menjemput Tiara setelah rampung urusannya nanti. Tiara diminta untuk tidak kemana-mana dan menunggu didalam gedung saja. Sosok ini adalah Mahendra, orang yang Tiara kenal ketika masih berada di Malaysia dulu. Mahendra adalah sosok yang jago IT, jenius kalau sudah berurusan dengan komputer dan juga handphone, ramah, meyenangkan dan yang paling Tiara suka, Mahendra adalah orang yang humoris. Hape Tiara berbunyi kembali, ada telfon masuk dari Mahendra.
"Hallo...." kata suara diseberang sana.
"Iya Hallo...." jawab Tiara.
"Aku on the way, kamu tunggu disana. Bisa kasih tau aku alamat kantornya dimana?"
"Ok, kamu bicara sama satpamnya langsung aja ya, karena aku ga tau" Maklum, pada saat itu Tiara masih baru berada di Jakarta jadi belum benar-benar faham dengan jalanan ibukota.
Hape-pun Tiara berikan kepada Satpam yang ada disitu, dan
perbincanganpun terjadi. Tidak lama hape diberikan kembali ke Tiara. "Ini
Bu, suaminya mau bicara" kata Pak Satpam sembari memberikan hape tersebut
kepada Tiara, "suami?" batin Tiara sembari tersenyum.
"Kamu tunggu disana ya sampe aku datang" ucap Mahendra.
"Oh ok, kamu hati-hati ya" balas Tiara
"Siap"
Tidak berapa lama Mahendra menghubungi kembali. "Aku udah sampe, kamu dimana?"
"Sebentar aku keluar bangunannya dulu" jawab Tiara sembari telfon tetap di telinga.
"Dimana? kok ga ada" balas Tiara
"Ini persis depan gate, kamu disebelah mananya?
"Aku juga di depan gate tapi ga keliatan. Tunggu dulu, kamu di gate apa?" jawab Tiara sembari berjalan mencari-cari.
"gate C, dekat sama koridor busway" jawab Mahendra
"Oh aku tau, ya udah tunggu disitu aku nyusul kesana soalnya aku di gate A" balas Tiara
"Memangnya kamu disebelah mana? kamu yang tunggu disana dan biar aku yang nyusul, jangan kemana-mana, diam aja disitu" kata Mahendra
"Udah, ini aku udah jalan. Sepertinya mau hujan, udah rintik-rintik nh" jelas Tiara sambil jalan dengan buru-buru.
"Kamu disebalah mana, biar aku yang nyusul, kamu diam aja disitu" balas Mahendra.
"Aku udah liat kamu kok hehehe..." Tiara melambaikan tangannya ke arah Mahendra. "Hai...." ucap Tiara seraya tersenyum ceria sesampai dihadapan Mahendra.
"Kamu bandel banget ya, udah dibilang tunggu disitu, jangan kemana-mana, biar aku yang nyusul masih aja keras kepala" kata Mahendra dengan wajahnya yang cemberut.
"Repot ntar, ini jalan satu arah, nanti kamu harus mutar lagi. Jadi mending aku yang nyusul biar lebih efisien" timpal Tiara sembari nyengir.
"Bahaya tau ga, ini tuh malam dan gelap, kamu perempuan trus sendirian lagi" balas Mahendra.
"Hayo jalan, lapar nh. Tiara traktir deh" goda Tiara. Mahendra hanya diam saja lalu memberikan helm kepada tiara, motor mereka pun berjalan perlahan ditengah keramaian kendaraan ibukota.
Motor mereka terparkir disebuah restoran daerah khas
Sumatera. Tiara melotot dan kaget. "Kita makan disini?" tanyanya
tidak percaya.
"Kamu udah lama pengen makan tekwan kan?" jawab Mahendra sembari tersenyum. Tiara mengangguk-angguk kepalanya dengan cepat sembari tersenyum senang. Mahendra emang pengetian banget. *Aacciiiieeee.... ;)*
Pernah disuatu pagi Tiara dibikin kaget saat bangun tidur.
Tiara menemukan ada 35 notifikasi dari aplikasi path-nya. Tiara buka, dan
ternyata semua notifikasi tersebut datang dari satu orang, yang bernama
Mahendra. Mahendra ternyata men-stalking isi path-nya, dan Mahendra
me-love serta memberi komentar pada setiap posting-an tersebut di
mulai dari posting-an yang sudah lama, 2-3 bulan yang lalu sampai yang
terbaru. Tiara lalu membalas beberapa posting-an yang di komentari oleh
Mahendra.
Tiba-tiba di malam hari, Tiara menerima sebuah pesan dari
Mahendra. Tiara membuka isi whatsapp yang dikirim oleh Mahendra,
sebuah gambar yang berisi quote. Tiara membaca
isi quote tersebut " Respect
people who find time for you in their busy schedule, but love people who never
look at their schedule when you need them ". Lalu muncul chat lagi
"you know, it's you... ;)" kata Mahendra.
Tiara membalas "Me?... what do you mean? I'm the
respect one?" balas Tiara.
"No, you are another one :P" balas Mahendra.
"I don't get you" balas Tiara.
"You are one of the person that I loved" balas
Mahendra kemudian.
Tiara speechless,
dan bingung ingin membalas apa.
“Hei....jeunk, jauh banget ngelamunnya” kalimat Kak Silfa
menganggetkan Tiara.
“Mikirin apaan sih, senyum-senyum ga jelas gitu” tanya Kak
Silfa kembali.
Tiara balas dengan tertawa.
--
Tiara melihat ke arah jam tangannya, masih ada waktu dua jam
lagi sebelum boarding. Tiara mencari cafe terdekat untuk mengisi perutnya
yang lapar karena belum sempat sarapan. Selama dua jam penerbangan, Tiara
khawatir lambungnya bermasalah jika nanti kosong. Pagi itu tiara memilih
memakan Sop Pangsit dengan sebotol mineral water.
Setelah beres makan, Tiara memutuskan untuk menunggu didalam
ruang tunggu saja. Sembari mengabarkan kepada teman-temannya disana, pukul
berapa dia akan tiba. Whatsapp di
grup teman kuliahnya sudah rame, mereka menanti kedatangan Tiara, maklum sudah
3 tahun lamanya Tiara tidak berjumpa dengan teman-temannya ini. Dari pengaras
suara terdengar suara operator yang menginformasikan kepada penumpang untuk
memasuki pesawat.
Dua jam perjalanan dilalui oleh Tiara sembari mengobrol
dengan penumpang disebelahnya, kebetulan penumpang tersebut seorang wanita muda
dengan postur tubuh yang agak besar tapi sangat cantik. Rambutnya lurus dan
panjang terurai, kulitnya putih bersih dan sangat ramah. Dia menanyakan seputar
tempat-tempat wisata karena beliau belum pernah sebelumnya ke negara tersebut,
Tiara menjelaskan beberapa objek wisata yang menarik dan wajib di kunjungi.
Obrolan mereka melebar ke kesibukan masing-masing. Mba Angel yang ternyata
etnis Tionghoa telah menikah dan memiliki dua orang anak serta beliau adalah
seorang pengusaha butik, jadi sangat wajar kalau she looks very stylish but the most important thing is dia
ramaaah banget orangnya.
Pesawat landing dengan mulus, keluar dari pesawat
hati Tiara mengharu biru, “Ya Allah, aku bisa kembali ke negara ini setelah 3
tahun lamanya” batin Tiara. Langkah di-ayun dengan licah oleh Tiara dengan
senyum yang terus mengembang, tidak lupa Tiara berpamitan dengan Mba Angel
ketika mereka berpisah didepan pintu kedatangan.
Tiara melihat kanan dan kiri, mencari sosok yang telah
berjanji akan menjemputnya di bandara. Dari sela keramaian pengunjung bandara,
Tiara melihat sosok itu, orang yang selama keberadaannya di Malaysia selalu
memberi support dan siap membantunya dalam keadaan apapun. Bahkan
sampai detik ini belum pernah sekalipun sosok tersebut mengatakan “tidak”
ketika dia tau Tiara sedang butuh bantuannya. Kalimat terakhirnya ketika mereka ngobrol di whatsapp: “thank you very
much Tiara, I’m miles away from you but you never failed to show care and love
on me. I’m really blessed to have a buddy like you!” *tears.
Orang tersebut adalah Prita, seoarang Indian
girl yang memiliki wajah hampir mirip dengan Kajol, bintang bollywood ;)
Dia teman kuliah, teman belajar, teman berdiskusi, teman seasrama, teman
serumah dan teman sekamar. Segala hal tentang hidup Tiara, Prita mengetahui
begitu juga sebaliknya. Dan selama 5 tahun lebih mereka kenal belum pernah
sekalipun mereka bertengkar.
“Pritaaaa.....!!!” teriak Tiara
“Tiaraaa....!!!” balas Prita sembari berlari kecil ke arah
Tiara dan mereka berpelukan cukup erat.
Prita membawa Tiara berjalan-jalan menikmati kota Kuala
Lumpur yang kelihatan sedikit berbeda sekarang. Namun, sebelum mereka memutuskan
untuk jalan-jalan, Prita mengajak Tiara melihat rumah flat yang pernah mereka
tempati dulu setelah lulus kuliah dan memutuskan kerja di Kuala Lumpur. Semua
seakan flashback, memori beberapa tahun lalu kembali terbangun. Ya Allah
begitu cepat waktu berlalu. Selama didalam mobil Prita dan Tiara tidak berhenti
untuk bercerita. Semua kisah semasa kuliah dan bekerja, yang lucu, haru, sedih
dan membahagiakan mereka ingat kembali.
Prita mengajak Tiara untuk menginap dirumahnya karena rasa
kangen yang belum tuntas sepertinya dan merekapun bercerita sepanjang malam di
kamar.
Tiba-tiba Tiara menerima pesan di hape-nya dari Prof.
Khadijah.
"As salam. I suggest you come over to my office at 11am tomorrow? InsyaAllah"
"Wa'alaikumsalam Prof. Thank you so much Prof for your time. I will come to your office at that time. InsyaAllah" balas Tiara
--
Tiara melangkahkan kakinya menuju tempat yang mengukirkan
banyak sejarah.
Ini adalah tempat yg melahirkan banyak rasa dalam diri
Tiara. Rasa tidak percaya bahwa Allah dengan takdirNya telah membawa Tiara
ketempat ini dengan dipersiapkan banyak pelajaran hidup untuk Tiara. Anak
daerah yg belum pernah keluar dari kurungan budaya tradisionalnya. Tempat
ini mengajarkan Tiara banyak hal tentang arti hidup, tentang berjuang, tentang
berusaha, tentang menghadapi, tentang tekad, tentang berkorban, tentang jati
diri, tentang bersabar, tentang percaya, tentang bersyukur dan banyak tentang
lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh seorang founder bbg programme, Kayla: "Strength
does not come from winning. Your struggles develop your strengths. When you go
through hardships and decide not to surrender, that is strength"
Tiara telah menginjakkan kakinya kembali di kampus tempat
dia menuntut ilmu meneruskan studinya di University of Malaya, Kuala
Lumpur Malaysia. Diawal, Tiara harus beradaptasi dengan metode pengajarannya,
dengan bahasa, dengan lingkungan, dengan budaya dan lain sebagainya. Tidak
mudah untuk Tiara melakukan hal tersebut dan tempat ini sukses memberikan rasa
pesimis pada diri Tiara. Apakah dia mampu? Apakah dia bisa?
Tiara sempat down karena merasa dirinya tidaklah
cukup mempuni untuk dapat bersaing dengan pelajar-pelajar yang luar biasa
disana. Pemahaman teknologi yang luar biasa, penguasaan bahasa yang bagus dan
lain sebagainya. "Aku apa?" batin Tiara kala itu.
Sampai suatu ketika, ada teman yang berkata kepada Tiara
"Ra, 5.000 orang yg mendaftar di faculty ini tapi hanya 1.500 yang
diterima, kurang lebih sepertiga dari yang mendaftar dan kamu salah satu
diantaranya. Artinya kamu layak berada disini, kamu di perhitungkan.
Cukup lama waktu yang Tiara butuhkan untuk bisa berbaur dan
mendapatkan kenyamanan berada disini, ditambah pertama kalinya jauh dari
keluarga. Sampai-sampai IP Tiara pada saat semester pertama diluar harapannya
karena dari 3 subjects yang Tiara ambil, 2 subjects wajib
dan 1 subject pilihan hanya satu subject wajib yang lulus
sedangkan duanya lagi failed. Masih terekam sangat jelas suasana disore
itu tepatnya tanggal 15 April 2011. Pada saat itu hujan turun dengan derasnya
dan pakaian Tiara sedikit basah karena terkena tempias air hujan. Tiara
berjalan meniti anak tangga di fakultasnya dengan hati-hati dan berhenti
dilantai 2, Tiara menuju ke information board. Dengan hati yang cemas dan
sedikit deg-deg-an (risau) Tiara mencari namanya dalam list tersebut.
Telunjuk Tiara berhenti diurutan ke-15, tertulis jelas namanya disana dan dia
mengarahkan telunjuknya pada kolom yang paling akhir. Tiara kaget, mendapati
nilainya sangat jauh dari apa yang dia harapkan. "Ya Allah, aku gagal,
bahkan untuk subjek yang sangat mudah untuk mendapatkan A, aku malah
mendapatkan nilai pas-pas-an. Betapa bodohnya aku". Tiara terduduk
persis dibawah papan informasi dan matanya sudah tidak sanggup lagi menampung
air mata yang sudah mulai ingin tumpah. Tiara duduk sembari memeluk kedua lututnya
dengan kepala yang tertunduk. Dia tidak berhenti menangis dan membayangkan
persaan orang tuanya. Tiara tidak pernah mendapatkan IP serendah itu ketika S1
dulu dan ini parah sekali. bahkan untuk subjek yang dia yakini bahwa dia akan
lulus dan mampu mendapatkan nilai yang baik tapi yang terjadi justru
sebaliknya. Teman sekelas Tiara menasehati dirinya untuk menemui Dosen yang
mengampu subjek tersebut untuk mengetahui kenapa dia bisa mendapatkan nilai
tersebut karena carry mark yang Tiara peroleh dikelas adalah 42
persen dari 50 persen. Tiara menemui Dosen yang mengampu subjek tersebut dan
dari beliau Tiara mendapatkan pejelasan yang akhirnya membuat Tiara faham letak
kesalahannya dimana. Tiara-pun mendapatkan nasehat serta masukan dari dosen
tersebut. Beliau memang sangat keibuan dan juga sholehah.
Tiara sempat memutuskan untuk menyerah pada saat itu dan hal
tersebut Tiara sampaikan kepada Abah-nya. Tiara menjelaskan bahwa dia tidak
mampu untuk bersaing di kampus itu, dia tidak mau semua menjadi sia-sia dan
uangpun menjadi mubadzir. Abah Tiara sepertinya faham dengan keadaan putrinya,
beliau membesarkan hati Tiara dan juga memberikan semangat. Tiara masih ingat
sekali pada saat itu abahnya berkata, "Abah rela jika kamu memutuskan
untuk mundur dan tidak melanjutkan Master-mu. Tapi, Abah ingin memberikan
kamu tantangan, Abah ikhlaskan apa yang sudah Abah habiskan demi menyekolahkan
kamu di Malaysia tapi Abah minta kamu coba satu semester lagi. Jika di semester
kedua nanti kamu gagal, Abah ikhlaskan semuanya dan Abah terima jika kamu
memutuskan untuk berhenti".
Tiara menjawab, "Tapi Tiara tidak yakin kalau Tiara
mampu Bah, apalagi belajar disana tidaklah murah dan Abah membiayai semua itu
sendiri padahal Tiara bukanlah satu-satunya anak Abah dan Tiara tidak mau hanya
karena Tiara semua jadi terkorbankan.
Abah Tiara membalas, "Tiara, setiap manusia yang akan
menuju ke tujuan hidup, mereka pasti dihadapi pada rintangan dan juga ada
pengorbanan. Seperti seorang Habibi, ada pengorbanan yang beliau lakukan ketika
membuat pesawat. Islam bisa tersebar dan mendunia seperti sekarang karena
pengorbanan Rosulullah dan Para sahabat. Dan apa yang Abah lakukan bukanlah
sebuah pengorbanan tapi Abah anggap sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban
Abah. Abah ingin anak-anak Abah memperoleh pendidikan yang sangat layak sebagai
bekal kalian dimasa akan datang."
Tiara terdiam, dia melihat jauh ke mata Abah nya, ada
harapan disana. Dia masih ingat sekali ketika pertama kali datang ke
Kuala Lumpur karena mendapatkan offer letter dari kampus yang ia
daftarkan. Abah dan Umi nya mengantar Tiara ke Kuala Lumpur. Mereka menginap di
sebuah hotel di Kota Damansara. Hotel yang sangat kecil berukuran 3x4, yang
kalau pintu kamar hotel tersebut dibuka akan langsung bertemu dengan
ujung tempat tidurnya. Saking kecilnya hehehe... Abah-nya berkata bahwa selama
ada di Malaysia harus berhemat dan pentingkan yang wajib terlebih dahulu, yaitu
kebutuhan pendidikan Tiara di Malaysia. "Abah memang sangat perhitungan
sekali, sepertinya ada kalkulator didalam perut Abah :P"
*hihihihhi... Siang itu setelah menyelesaikan semua urusan di kampus,
Tiara dan orang tuanya kembali ke kamar hotel, mereka beristirahat dengan tidur
bertiga diatas tempat tidur queen size. Tiara menatap wajah Abah dan
Uminya yang telah terlelap, wajah yang sangat lelah dan letih karena beberapa
hari ini harus bolak-balik mengurus dokumen di kampus Tiara. Tiba-tiba Tiara
merasa haru melihat raut wajah kedua orang tuanya, saat itu juga Tiara mencium
kaki kedua orang tuanya ketika mereka masih terlelap tidur dan tidak terasa air
matanya menetes. Tiara berdoa didalam hatinya, "Ya Allah, semoga semua ini tidak sia-sia, semoga aku bisa berhasil
disini dan membanggakan orang tuaku." Karena jujur, bahkan
setelah tiba di Kuala Lumpur-pun Tiara masih merasakan pesimis akan
kemampuannya.
"Bagaimana Tiara?" suara Abah mengagetkan Tiara,
sesungguhnya Tiara tidak rela mengecewakan orang tuanya, dia ingin
membahagiakan orang tuanya. Tiara menyanggupi tawaran Abahnya, namun dalam hati
dia bertekad untuk berusaha lebih dari biasanya karena ini demi kedua orang
tuanya. Tiara sangat tau bagaimana usaha dan pengorbanan Abahnya untuk
bisa membawa dia melanjutkan kuliah di Malaysia. Tau bagaimana pengorbanan
orang tua tersebut, membuat Tiara mau tidak mau harus berjuang di semester akan
datang. Seperti kata Dr. Bilal Philips "If Allah loves you more
than the others, He will test you more than others! Stop asking 'Why Me?'
Instead praise Him more and more!"
---
Tiara melihat bangunan perkuliahan yang memberikan banyak
cerita, Tiara merasa di tempat inilah pola pikir Tiara terbuka, pemahaman
Tiara akan sesuatu bertambah dan wawasannya pun juga berkembang. Tiara menajdi
sosok yang berani menghadapi tantangan, pantang menyerah dan keras dalam
berusaha. Tawaran Abahnya dulu menjadi sebuah cabut untuk Tiara, yang akhirnya
membuatnya bertekad untuk membuktikan kepada orang-orang khususnya kepada orang
tuanya bahwa dia mampu, dia bisa.
"Allah tidak pernah keliru menghadirkan aku disini,
Allah memiliki maksud atas skenario ini." ucap Tiara sembari tersenyum dan
menikmati permandangan disekitar bangunan tersebut. Tiara ingat kutipan dari
perkataan Kayla di instagram, "Never
give up on a dream just because the time it will take to accomplish it. The
time will be pass anyway".
Pertualangan hidupnya seorang diri, perjuangan, kerja keras, tantangan dan bermacam kisah hidup semua bermula di kampus ini. Tiara, anak yang semasa SD hingga kuliah S1 tidak pernah berjauhan dari orang tua, dibesarkan di sebuah kampung dengan kehidupan keluarga yang sederhana. Dari kecil Tiara tidak dimanja, Abah–nya mengajarkan anaknya untuk bisa berusaha jika ingin mendapatkan sesuatu. Abah Tiara tipe ayah yang sangat tegas, tidak memanjakan anak-anaknya. Jika ingin membeli sepatu baru misalnya, anaknya diminta untuk menyikat kamar mandi ataupun membersihkan garasi. Bahkan sejak SD, Tiara dan juga kakaknya bekerja jualan kue di bulan puasa dan uangnya ditabung didalam kaleng bekas susu hingga dekat lebaran baru kaleng tersebut dibuka dan unag yang terkumpul dipakai untuk membeli baju lebaran. Anak kecil dimanapun pasti sangat bahagia ketika lebaran datang mereka sudah memiliki baju baru untuk lebaran. Cara abahnya tersebutlah yang telah membentuk karakter Tiara saat ini, menjadi pribadi yang mau berusaha jika ingin mendapatkan sesuatu, bersemangat dan pekerja keras.
Tiara meniti anak tangga menuju ke ruangan para Pensyarah
(dosen) yang dia telah membuat janji dengan beliau ketika masih di Indonesia
dulu. Dosen tersebut adalah Prof. Khadijah. Profesor yang sangat luar biasa
men-support Tiara. Ketika akan memasuki semester kedua, Tiara menemui dan
berkonsultasi dengan Prof. Khadijah. Tiara banyak mendapatkan masukan dan juga
nasehat, bahkan sampai Tiara menyelesaikan master-nya, Prof. Khadijah
selalu memberikan dukungannya kepada Tiara. Pernah suatu ketika di semester
ketiga, saat Tiara kecewa dengan cara pemberian nilai oleh Dosen yang mengajar
subjek Research Methodology,
Prof. Khadijah lah orang yang peduli dengan hal tersebut bahkan beliau
menawarkan bantuannya untuk bicara dengan dosen tersebut tapi Tiara menolak
dengan lembut karena tidak ingin memperpanjang urusan.
Langkah Tiara terhenti di sebuah ruangan dimana tertulis nama Prof. Dr. Khadijah Rasyid. Tiara mengetuk pintu dan dari dalam terdengar suara.
"Come in..."
Tiara membuka pintu dan terlihat disana sosok dengan senyum
ramahnya.
*Berlanjut di cerita berikutnya ya ;)