Monday, 6 November 2017

3 Goals : Nostalgia 1

KITA YANG SUDAH TIDAK BERSAMA...

Untuk pertama kalinya aku bertemu kebahagiaan hatiku
Untuk pertama kalinya aku memiliki cinta
Untuk pertama kalinya hati ini telah ada yang memiliki
Namun bahagia itu hanya sesaat
Cinta itu pergi untuk singgah ke hati yang lain

Aku selalu minta kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan orang yang rasa cinta dan sayangnya begitu besar untukku
Tapi aku lupa meminta kepada Tuhan, dipertemukan dengan orang yang setia berdampingan selamanya dalam keadaan apapun

Apakah kau tau
Bagaimana rasanya diduakan?
Apakah kau tau
Bagaimana rasanya dikhianati?

Rasa ini ternyata tak layak untukmu...


Secara tidak sengaja Tiara menemukan tulisan yang dia muat di aplikasi tumblr-nya, tulisannya yang dia buat saat baru beberapa hari putus dari Uraydhy. Sembilan bulan bukan waktu yang sebentar untuk melakukan proses belajar menerima segala kejadian yang membahagiakan dan juga menyedihkan. Butuh perjuangan untuk menghadapi segala macam pertengkaran, amarah dan emosi yang kadang meninggi, melawannya dengan kesabaran. Kita manusia yang pastinya memiliki kekurangan, keburukan dan kesalahan. Namun dari hubungan tersebut kita sama-sama belajar. Apalagi hubungan yang telah diikat dengan sebuah pernikahan, sesuatu yang sakral dan suci. Harus memiliki komitmen yang kuat, bukan mudah menyatukan visi dan misi dua insan dengan isi kepala yang berbeda. Karena, mencintai kelebihannya itu hal yang mudah, namun dapat mencintai kekurangannya itu yang tidak mudah. Menerima kebaikannya itu hal yang gampang, namun sabar menerima keburukannya itu baru luar biasa. Saling berdampingan disaat senang itu hal yang biasa, namun berdampingan disaat kesulitan melanda itu baru luar biasa. Menjaga dikala sehat itu hal yang mudah, namun merawat dikala sakit itu yang penting. Jadi setiap hubungan jika ingin bertahan lama harus berlandaskan KEJUJURAN dan KETERBUKAAN, karena dengan kejujuran akan lahir yang namanya pengertian, kesetiaan, kepercayaan dan juga ADJUSTMENT. Tidak mungkin adjustment dilakukan pada sebuah kebohongan.

"Fuuuhhh..." Tiara menghela nafasnya, hampir dua bulan atau lebih sudah kejadian itu berlalu. Hati Tiara telah membaik, dia telah meikhlaskan semuanya, melupakan hal pahit tersebut, memaafkan semua kekhilafan Uraydhy terhadapnya. Bahkan pada saat seminggu setelah Tiara dan Uraydhy putus, Tiara diberi kabar oleh Lisa bahwa Uraydhy akan berkunjung ke rumahnya. Tiara memilih tidak memperdulikan lagi hal apapun yang berkaitan dengan Uraydhy karena bukan urusan dia lagi untuk mengetahuinya. Mau Uraydhy berhubungan dengan 10 perempuan sekalipun dia sudah tidak perduli. Setiap orang yang singgah dalam hidup kita tentunya memberikan pelajaran untuk kita. Bahkan hal seburuk apapun yang kita alami tentunya ada pelajaran atau hikmahnya yang bisa kita ambil. Bak kata Mas Tere Liye dalam novelnya yang berjudul Rindu, "Selalu ada alasan terbaik kenapa sesuatu itu terjadi, meski itu menyakitkan, membuat sesak dan menangis. kita boleh jadi tidak faham kenapa itu harus terjadi, kita mungkin tidak terima, tapi Tuhan selalu punya skenario terbaiknya. Jadi, jalanilah dengan tulus. Besok lusa, semoga kita bisa melihatnya dan tersenyum lapang".

Seperti kalimat hebat dari Mandy Hale: ”Strong women don't play victim, don't make themselves look pitiful, and don't point fingers. They stand and they deal.” Jadi, cinta boleh gagal, tapi menjadi orang yang berkualitas harus tetap jalan, agar nantinya datang cinta yang jauh berkualitas dan berkelas. *Asiiikkk... :P*
Kak Lana pernah berpesan kepada Tiara ketika Tiara terpaksa bercerita penyebab dia dan Uraydhy putus, dikarenakan Kak Lana menanyakan kabar Uraydhy kepadanya. Kak Lana kaget dan dia berkata, "Yang terpenting buat kakak kamu tidak menyesal, dan jangan pernah orang yang tidak penting mempengaruhi hidup kita. Dengan dia berbuat seperti itu, dia telah menunjukkan kualitasnya seperti apa dan kelasnya dimana. Seorang lelaki jika tidak bisa dipegang komitmennya dan inkonsisten ditambah tidak bijaksana dalam bersikap sungguh dia tidak layak untuk dijadikan seorang pemimpin. I know you Tiara and you deserve someone better than him dan kakak berdoa untuk kamu semoga Allah segerakan kamu bertemu dengan jodoh pilihan-Nya".
Mereka berpelukkan dan Tiarapun membalas ucapan Kak Lana, "Aku tidak menyesal kehilangan dia kak, yang aku sesali adalah aku telah membuang waktuku dengan orang yang salah. Aku terlalu menyakini bahwa kami akan menikah nantinya. Terima kasih doanya kak semoga segera di ijabah oleh Allah".

"Kalau Om Barli tau soal ini, kakak yakin beliau langsung cariin kamu jodoh karena dia orang yang sangat care dan koneksinya luas" tambah Kak Lana.

"Boleh kak, hahahah. Tapi Tiara malas jelasin ke Om Barli kenapa putus. Abis malu-maluin kak"

"Dah gampang, ntar kita atur hihihihi" balas Kak Lana

Kak Lana yang Tiara kenal pada sebuah training yang mana Kak Lana menjadi seorang pembicara dan Tiara sebagai facilitator. Wanita yang energik, punya wawasan yang luas, ilmu komunikasinya jangan dibilang karena beliau seorang akademisi juga. Kak Lana juga cantik dan sangat modis gaya berpakaiannya. Tiara bisa dekat dengan Kak Lana karena Kak Lana memperkenalkan Tiara ke sebuah komunitas yang sangat peduli dengan masalah pendidikan bagi anak-anak muda, dibawah pimpinan Om Barli.

--

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulanpun berganti bulan. Tiara menjalankan hari-harinya dengan bahagia, hidup dengan tenang dan beraktifitas seperti biasanya. Bahkan diluar dugaan banyak pekerjaan di kampus dimana Tiara dilibatkan didalamnya.
Sampai suatu ketika Kak Silfa berkata "kakak seperti melihat Tiara yang pertama kali kakak kenal, cewek yang ceria, bawel dan cerewet hihihi..."

"Bisa aja kakak mah..." timpal Tiara.

"Buat apa kita berlarut-larut dalam kesedihan kak, masih banyak hal penting dan berharga yang butuh tenaga dan pikiran untuk dikerjakan. Lebih-lebih Tiara masih punya orang tua yang harus Tiara bahagiakan di hari tua mereka" tambah Tiara. 

"Yup betul banget jeunk... kapan kamu berangkat?".

"InsyaALLAH dua minggu lagi, doain kak" jawab Tiara.

"Sukses deh buat kamu"

Merekapun menikmati obrolan sembari menyeruput coklat panas, tiba-tiba hape Tiara berbunyi, ada whatsapp masuk. Tiara melihat home screen dan Tiara kaget sekali ada whatsapp masuk dari orang yang sudah lama sekali tidak berkabaran dengannya. Tiara tersenyum lalu membalas whatsapp tersebut, tidak lama masuk lagi balasan dari orang diseberang sana, dia mengirim sebuah gambar. "dia masih dengan hobi lamanya ternyata" batin Tiara seraya tersenyum simpul. Dan merekapun saling membalas pesan.

Tanpa sadar pikiran Tiara terbang pada kejadian beberapa tahun lalu, saat itu sosok ini pernah menjemput Tiara ketika dia selesai memberikan les privat dengan mahasiswa S3 yang mana mahasiswa ini merupakan kepala bagian pada salah satu kementerian di Jakarta. Saat itu sosok ini menelfon dan bilang akan menjemput Tiara setelah rampung urusannya nanti. Tiara diminta untuk tidak kemana-mana dan menunggu didalam gedung saja. Sosok ini adalah Mahendra, orang yang Tiara kenal ketika masih berada di Malaysia dulu. Mahendra adalah sosok yang jago IT, jenius kalau sudah berurusan dengan komputer dan juga handphone, ramah, meyenangkan dan yang paling Tiara suka, Mahendra adalah orang yang humoris. Hape Tiara berbunyi kembali, ada telfon masuk dari Mahendra.

"Hallo...." kata suara diseberang sana.

"Iya Hallo...." jawab Tiara. 

"Aku on the way, kamu tunggu disana. Bisa kasih tau aku alamat kantornya dimana?" 

"Ok, kamu bicara sama satpamnya langsung aja ya, karena aku ga tau" Maklum, pada saat itu Tiara masih baru berada di Jakarta jadi belum benar-benar faham dengan jalanan ibukota.
Hape-pun Tiara berikan kepada Satpam yang ada disitu, dan perbincanganpun terjadi. Tidak lama hape diberikan kembali ke Tiara. "Ini Bu, suaminya mau bicara" kata Pak Satpam sembari memberikan hape tersebut kepada Tiara, "suami?" batin Tiara sembari tersenyum.

"Kamu tunggu disana ya sampe aku datang" ucap Mahendra.

"Oh ok, kamu hati-hati ya" balas Tiara

"Siap"

Tidak berapa lama Mahendra menghubungi kembali. "Aku udah sampe, kamu dimana?"

"Sebentar aku keluar bangunannya dulu" jawab Tiara sembari telfon tetap di telinga.
"Dimana? kok ga ada" balas Tiara

"Ini persis depan gate, kamu disebelah mananya?

"Aku juga di depan gate tapi ga keliatan. Tunggu dulu, kamu di gate apa?" jawab Tiara sembari berjalan mencari-cari.

"gate C, dekat sama koridor busway" jawab Mahendra

"Oh aku tau, ya udah tunggu disitu aku nyusul kesana soalnya aku di gate A" balas Tiara

"Memangnya kamu disebelah mana? kamu yang tunggu disana dan biar aku yang nyusul, jangan kemana-mana, diam aja disitu" kata Mahendra

"Udah, ini aku udah jalan. Sepertinya mau hujan, udah rintik-rintik nh" jelas Tiara sambil jalan dengan buru-buru.

"Kamu disebalah mana, biar aku yang nyusul, kamu diam aja disitu" balas Mahendra.

"Aku udah liat kamu kok hehehe..." Tiara melambaikan tangannya ke arah Mahendra. "Hai...." ucap Tiara seraya tersenyum ceria sesampai dihadapan Mahendra.

"Kamu bandel banget ya, udah dibilang tunggu disitu, jangan kemana-mana, biar aku yang nyusul masih aja keras kepala" kata Mahendra dengan wajahnya yang cemberut.

"Repot ntar, ini jalan satu arah, nanti kamu harus mutar lagi. Jadi mending aku yang nyusul biar lebih efisien" timpal Tiara sembari nyengir.

"Bahaya tau ga, ini tuh malam dan gelap, kamu perempuan trus sendirian lagi" balas Mahendra.

"Hayo jalan, lapar nh. Tiara traktir deh" goda Tiara. Mahendra hanya diam saja lalu memberikan helm kepada tiara, motor mereka pun berjalan perlahan ditengah keramaian kendaraan ibukota.
Motor mereka terparkir disebuah restoran daerah khas Sumatera. Tiara melotot dan kaget. "Kita makan disini?" tanyanya tidak percaya.

"Kamu udah lama pengen makan tekwan kan?" jawab Mahendra sembari tersenyum. Tiara mengangguk-angguk kepalanya dengan cepat sembari tersenyum senang. Mahendra emang pengetian banget. *Aacciiiieeee.... ;)*

Pernah disuatu pagi Tiara dibikin kaget saat bangun tidur. Tiara menemukan ada 35 notifikasi dari aplikasi path-nya. Tiara buka, dan ternyata semua notifikasi tersebut datang dari satu orang, yang bernama Mahendra. Mahendra ternyata men-stalking isi path-nya, dan Mahendra me-love serta memberi komentar pada setiap posting-an tersebut di mulai dari posting-an yang sudah lama, 2-3 bulan yang lalu sampai yang terbaru. Tiara lalu membalas beberapa posting-an yang di komentari oleh Mahendra.

Tiba-tiba di malam hari, Tiara menerima sebuah pesan dari Mahendra. Tiara membuka isi whatsapp yang dikirim oleh Mahendra, sebuah gambar yang berisi quote. Tiara membaca isi quote tersebut " Respect people who find time for you in their busy schedule, but love people who never look at their schedule when you need them ". Lalu muncul chat lagi "you know, it's you... ;)" kata Mahendra.

Tiara membalas "Me?... what do you mean? I'm the respect one?" balas Tiara.

"No, you are another one :P" balas Mahendra.

"I don't get you" balas Tiara.

"You are one of the person that I loved" balas Mahendra kemudian.

Tiara speechless, dan bingung ingin membalas apa.

“Hei....jeunk, jauh banget ngelamunnya” kalimat Kak Silfa menganggetkan Tiara.

“Mikirin apaan sih, senyum-senyum ga jelas gitu” tanya Kak Silfa kembali.
Tiara balas dengan tertawa.

--

Tiara melihat ke arah jam tangannya, masih ada waktu dua jam lagi sebelum boarding. Tiara mencari cafe terdekat untuk mengisi perutnya yang lapar karena belum sempat sarapan. Selama dua jam penerbangan, Tiara khawatir lambungnya bermasalah jika nanti kosong. Pagi itu tiara memilih memakan Sop Pangsit dengan sebotol mineral water.

Setelah beres makan, Tiara memutuskan untuk menunggu didalam ruang tunggu saja. Sembari mengabarkan kepada teman-temannya disana, pukul berapa dia akan tiba. Whatsapp di grup teman kuliahnya sudah rame, mereka menanti kedatangan Tiara, maklum sudah 3 tahun lamanya Tiara tidak berjumpa dengan teman-temannya ini. Dari pengaras suara terdengar suara operator yang menginformasikan kepada penumpang untuk memasuki pesawat.

Dua jam perjalanan dilalui oleh Tiara sembari mengobrol dengan penumpang disebelahnya, kebetulan penumpang tersebut seorang wanita muda dengan postur tubuh yang agak besar tapi sangat cantik. Rambutnya lurus dan panjang terurai, kulitnya putih bersih dan sangat ramah. Dia menanyakan seputar tempat-tempat wisata karena beliau belum pernah sebelumnya ke negara tersebut, Tiara menjelaskan beberapa objek wisata yang menarik dan wajib di kunjungi. Obrolan mereka melebar ke kesibukan masing-masing. Mba Angel yang ternyata etnis Tionghoa telah menikah dan memiliki dua orang anak serta beliau adalah seorang pengusaha butik, jadi sangat wajar kalau she looks very stylish but the most important thing is dia ramaaah banget orangnya.

Pesawat landing dengan mulus, keluar dari pesawat hati Tiara mengharu biru, “Ya Allah, aku bisa kembali ke negara ini setelah 3 tahun lamanya” batin Tiara. Langkah di-ayun dengan licah oleh Tiara dengan senyum yang terus mengembang, tidak lupa Tiara berpamitan dengan Mba Angel ketika mereka berpisah didepan pintu kedatangan.
Tiara melihat kanan dan kiri, mencari sosok yang telah berjanji akan menjemputnya di bandara. Dari sela keramaian pengunjung bandara, Tiara melihat sosok itu, orang yang selama keberadaannya di Malaysia selalu memberi support dan siap membantunya dalam keadaan apapun. Bahkan sampai detik ini belum pernah sekalipun sosok tersebut mengatakan “tidak” ketika dia tau Tiara sedang butuh bantuannya. Kalimat terakhirnya ketika mereka ngobrol di whatsapp: “thank you very much Tiara, I’m miles away from you but you never failed to show care and love on me. I’m really blessed to have a buddy like you!” *tears.

Orang tersebut adalah Prita, seoarang Indian girl yang memiliki wajah hampir mirip dengan Kajol, bintang bollywood ;) Dia teman kuliah, teman belajar, teman berdiskusi, teman seasrama, teman serumah dan teman sekamar. Segala hal tentang hidup Tiara, Prita mengetahui begitu juga sebaliknya. Dan selama 5 tahun lebih mereka kenal belum pernah sekalipun mereka bertengkar.

“Pritaaaa.....!!!” teriak Tiara

“Tiaraaa....!!!” balas Prita sembari berlari kecil ke arah Tiara dan mereka berpelukan cukup erat.

Prita membawa Tiara berjalan-jalan menikmati kota Kuala Lumpur yang kelihatan sedikit berbeda sekarang. Namun, sebelum mereka memutuskan untuk jalan-jalan, Prita mengajak Tiara melihat rumah flat yang pernah mereka tempati dulu setelah lulus kuliah dan memutuskan kerja di Kuala Lumpur. Semua seakan flashback, memori beberapa tahun lalu kembali terbangun. Ya Allah begitu cepat waktu berlalu. Selama didalam mobil Prita dan Tiara tidak berhenti untuk bercerita. Semua kisah semasa kuliah dan bekerja, yang lucu, haru, sedih dan membahagiakan mereka ingat kembali.
Prita mengajak Tiara untuk menginap dirumahnya karena rasa kangen yang belum tuntas sepertinya dan merekapun bercerita sepanjang malam di kamar.
Tiba-tiba Tiara menerima pesan di hape-nya dari Prof. Khadijah.

"As salam. I suggest you come over to my office at 11am tomorrow? InsyaAllah"

"Wa'alaikumsalam Prof. Thank you so much Prof for your time. I will come to your office at that time. InsyaAllah" balas Tiara

--

Tiara melangkahkan kakinya menuju tempat yang mengukirkan banyak sejarah.
Ini adalah tempat yg melahirkan banyak rasa dalam diri Tiara. Rasa tidak percaya bahwa Allah dengan takdirNya telah membawa Tiara ketempat ini dengan dipersiapkan banyak pelajaran hidup untuk Tiara. Anak daerah yg belum pernah keluar dari kurungan budaya tradisionalnya. Tempat ini mengajarkan Tiara banyak hal tentang arti hidup, tentang berjuang, tentang berusaha, tentang menghadapi, tentang tekad, tentang berkorban, tentang jati diri, tentang bersabar, tentang percaya, tentang bersyukur dan banyak tentang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh seorang founder bbg programme, Kayla: "Strength does not come from winning. Your struggles develop your strengths. When you go through hardships and decide not to surrender, that is strength"

Tiara telah menginjakkan kakinya kembali di kampus tempat dia menuntut ilmu meneruskan studinya di University of Malaya, Kuala Lumpur Malaysia. Diawal, Tiara harus beradaptasi dengan metode pengajarannya, dengan bahasa, dengan lingkungan, dengan budaya dan lain sebagainya. Tidak mudah untuk Tiara melakukan hal tersebut dan tempat ini sukses memberikan rasa pesimis pada diri Tiara. Apakah dia mampu? Apakah dia bisa? 
Tiara sempat down karena merasa dirinya tidaklah cukup mempuni untuk dapat bersaing dengan pelajar-pelajar yang luar biasa disana. Pemahaman teknologi yang luar biasa, penguasaan bahasa yang bagus dan lain sebagainya. "Aku apa?" batin Tiara kala itu.
Sampai suatu ketika, ada teman yang berkata kepada Tiara "Ra, 5.000 orang yg mendaftar di faculty ini tapi hanya 1.500 yang diterima, kurang lebih sepertiga dari yang mendaftar dan kamu salah satu diantaranya. Artinya kamu layak berada disini, kamu di perhitungkan.

Cukup lama waktu yang Tiara butuhkan untuk bisa berbaur dan mendapatkan kenyamanan berada disini, ditambah pertama kalinya jauh dari keluarga. Sampai-sampai IP Tiara pada saat semester pertama diluar harapannya karena dari 3 subjects yang Tiara ambil, 2 subjects wajib dan 1 subject pilihan hanya satu subject wajib yang lulus sedangkan duanya lagi failed. Masih terekam sangat jelas suasana disore itu tepatnya tanggal 15 April 2011. Pada saat itu hujan turun dengan derasnya dan pakaian Tiara sedikit basah karena terkena tempias air hujan. Tiara berjalan meniti anak tangga di fakultasnya dengan hati-hati dan berhenti dilantai 2, Tiara menuju ke information board. Dengan hati yang cemas dan sedikit deg-deg-an (risau) Tiara mencari namanya dalam list tersebut. Telunjuk Tiara berhenti diurutan ke-15, tertulis jelas namanya disana dan dia mengarahkan telunjuknya pada kolom yang paling akhir. Tiara kaget, mendapati nilainya sangat jauh dari apa yang dia harapkan. "Ya Allah, aku gagal, bahkan untuk subjek yang sangat mudah untuk mendapatkan A, aku malah mendapatkan nilai pas-pas-an. Betapa bodohnya aku". Tiara terduduk persis dibawah papan informasi dan matanya sudah tidak sanggup lagi menampung air mata yang sudah mulai ingin tumpah. Tiara duduk sembari memeluk kedua lututnya dengan kepala yang tertunduk. Dia tidak berhenti menangis dan membayangkan persaan orang tuanya. Tiara tidak pernah mendapatkan IP serendah itu ketika S1 dulu dan ini parah sekali. bahkan untuk subjek yang dia yakini bahwa dia akan lulus dan mampu mendapatkan nilai yang baik tapi yang terjadi justru sebaliknya. Teman sekelas Tiara menasehati dirinya untuk menemui Dosen yang mengampu subjek tersebut untuk mengetahui kenapa dia bisa mendapatkan nilai tersebut karena carry mark yang Tiara peroleh dikelas adalah 42 persen dari 50 persen. Tiara menemui Dosen yang mengampu subjek tersebut dan dari beliau Tiara mendapatkan pejelasan yang akhirnya membuat Tiara faham letak kesalahannya dimana. Tiara-pun mendapatkan nasehat serta masukan dari dosen tersebut. Beliau memang sangat keibuan dan juga sholehah.

Tiara sempat memutuskan untuk menyerah pada saat itu dan hal tersebut Tiara sampaikan kepada Abah-nya. Tiara menjelaskan bahwa dia tidak mampu untuk bersaing di kampus itu, dia tidak mau semua menjadi sia-sia dan uangpun menjadi mubadzir. Abah Tiara sepertinya faham dengan keadaan putrinya, beliau membesarkan hati Tiara dan juga memberikan semangat. Tiara masih ingat sekali pada saat itu abahnya berkata, "Abah rela jika kamu memutuskan untuk mundur dan tidak melanjutkan Master-mu. Tapi, Abah ingin memberikan kamu tantangan, Abah ikhlaskan apa yang sudah Abah habiskan demi menyekolahkan kamu di Malaysia tapi Abah minta kamu coba satu semester lagi. Jika di semester kedua nanti kamu gagal, Abah ikhlaskan semuanya dan Abah terima jika kamu memutuskan untuk berhenti".

Tiara menjawab, "Tapi Tiara tidak yakin kalau Tiara mampu Bah, apalagi belajar disana tidaklah murah dan Abah membiayai semua itu sendiri padahal Tiara bukanlah satu-satunya anak Abah dan Tiara tidak mau hanya karena Tiara semua jadi terkorbankan.
Abah Tiara membalas, "Tiara, setiap manusia yang akan menuju ke tujuan hidup, mereka pasti dihadapi pada rintangan dan juga ada pengorbanan. Seperti seorang Habibi, ada pengorbanan yang beliau lakukan ketika membuat pesawat. Islam bisa tersebar dan mendunia seperti sekarang karena pengorbanan Rosulullah dan Para sahabat. Dan apa yang Abah lakukan bukanlah sebuah pengorbanan tapi Abah anggap sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban Abah. Abah ingin anak-anak Abah memperoleh pendidikan yang sangat layak sebagai bekal kalian dimasa akan datang."

Tiara terdiam, dia melihat jauh ke mata Abah nya, ada harapan disana.  Dia masih ingat sekali ketika pertama kali datang ke Kuala Lumpur karena mendapatkan offer letter dari kampus yang ia daftarkan. Abah dan Umi nya mengantar Tiara ke Kuala Lumpur. Mereka menginap di sebuah hotel di Kota Damansara. Hotel yang sangat kecil berukuran 3x4, yang kalau pintu kamar  hotel tersebut dibuka akan langsung bertemu dengan ujung tempat tidurnya. Saking kecilnya hehehe... Abah-nya berkata bahwa selama ada di Malaysia harus berhemat dan pentingkan yang wajib terlebih dahulu, yaitu kebutuhan pendidikan Tiara di Malaysia. "Abah memang sangat perhitungan sekali, sepertinya ada kalkulator didalam perut Abah :P" *hihihihhi... Siang itu setelah menyelesaikan semua urusan di kampus, Tiara dan orang tuanya kembali ke kamar hotel, mereka beristirahat dengan tidur bertiga diatas tempat tidur queen size. Tiara menatap wajah Abah dan Uminya yang telah terlelap, wajah yang sangat lelah dan letih karena beberapa hari ini harus bolak-balik mengurus dokumen di kampus Tiara. Tiba-tiba Tiara merasa haru melihat raut wajah kedua orang tuanya, saat itu juga Tiara mencium kaki kedua orang tuanya ketika mereka masih terlelap tidur dan tidak terasa air matanya menetes. Tiara berdoa didalam hatinya, "Ya Allah, semoga semua ini tidak sia-sia, semoga aku bisa berhasil disini dan membanggakan orang tuaku." Karena jujur, bahkan setelah tiba di Kuala Lumpur-pun Tiara masih merasakan pesimis akan kemampuannya.

"Bagaimana Tiara?" suara Abah mengagetkan Tiara, sesungguhnya Tiara tidak rela mengecewakan orang tuanya, dia ingin membahagiakan orang tuanya. Tiara menyanggupi tawaran Abahnya, namun dalam hati dia bertekad untuk berusaha lebih dari biasanya karena ini demi kedua orang tuanya. Tiara sangat tau bagaimana usaha dan pengorbanan Abahnya untuk bisa membawa dia melanjutkan kuliah di Malaysia. Tau bagaimana pengorbanan orang tua tersebut, membuat Tiara mau tidak mau harus berjuang di semester akan datang. Seperti kata Dr. Bilal Philips "If Allah loves you more than the others, He will test you more than others! Stop asking 'Why Me?' Instead praise Him more and more!"

---

Tiara melihat bangunan perkuliahan yang memberikan banyak cerita, Tiara merasa di tempat inilah pola pikir Tiara terbuka, pemahaman Tiara akan sesuatu bertambah dan wawasannya pun juga berkembang. Tiara menajdi sosok yang berani menghadapi tantangan, pantang menyerah dan keras dalam berusaha. Tawaran Abahnya dulu menjadi sebuah cabut untuk Tiara, yang akhirnya membuatnya bertekad untuk membuktikan kepada orang-orang khususnya kepada orang tuanya bahwa dia mampu, dia bisa.
"Allah tidak pernah keliru menghadirkan aku disini, Allah memiliki maksud atas skenario ini." ucap Tiara sembari tersenyum dan menikmati permandangan disekitar bangunan tersebut. Tiara ingat kutipan dari perkataan Kayla di instagram, "Never give up on a dream just because the time it will take to accomplish it. The time will be pass anyway".

Pertualangan hidupnya seorang diri, perjuangan, kerja keras, tantangan dan bermacam kisah hidup semua bermula di kampus ini. Tiara, anak yang semasa SD hingga kuliah S1 tidak pernah berjauhan dari orang tua, dibesarkan di sebuah kampung dengan kehidupan keluarga yang sederhana. Dari kecil Tiara tidak dimanja, Abah–nya mengajarkan anaknya untuk bisa berusaha jika ingin mendapatkan sesuatu. Abah Tiara tipe ayah yang sangat tegas, tidak memanjakan anak-anaknya. Jika ingin membeli sepatu baru misalnya, anaknya diminta untuk menyikat kamar mandi ataupun membersihkan garasi. Bahkan sejak SD, Tiara dan juga kakaknya bekerja jualan kue di bulan puasa dan uangnya ditabung didalam kaleng bekas susu hingga dekat lebaran baru kaleng tersebut dibuka dan unag yang terkumpul dipakai untuk membeli baju lebaran. Anak kecil dimanapun pasti sangat bahagia ketika lebaran datang mereka sudah memiliki baju baru untuk lebaran. Cara abahnya tersebutlah yang telah membentuk karakter Tiara saat ini, menjadi pribadi yang mau berusaha jika ingin mendapatkan sesuatu, bersemangat dan pekerja keras.
Tiara meniti anak tangga menuju ke ruangan para Pensyarah (dosen) yang dia telah membuat janji dengan beliau ketika masih di Indonesia dulu. Dosen tersebut adalah Prof. Khadijah. Profesor yang sangat luar biasa men-support Tiara. Ketika akan memasuki semester kedua, Tiara menemui dan berkonsultasi dengan Prof. Khadijah. Tiara banyak mendapatkan masukan dan juga nasehat, bahkan sampai Tiara menyelesaikan master-nya, Prof. Khadijah selalu memberikan dukungannya kepada Tiara. Pernah suatu ketika di semester ketiga, saat Tiara kecewa dengan cara pemberian nilai oleh Dosen yang mengajar subjek Research Methodology, Prof. Khadijah lah orang yang peduli dengan hal tersebut bahkan beliau menawarkan bantuannya untuk bicara dengan dosen tersebut tapi Tiara menolak dengan lembut karena tidak ingin memperpanjang urusan.

Langkah Tiara terhenti di sebuah ruangan dimana tertulis nama Prof. Dr. Khadijah Rasyid. Tiara mengetuk pintu dan dari dalam terdengar suara.
"Come in..."
Tiara membuka pintu dan terlihat disana sosok dengan senyum ramahnya.

*Berlanjut di cerita berikutnya ya ;)